Menuju Sehat dengan Detoksifikasi
Fungsinya Bukan Cuma Menguruskan Tubuh
|
Menjadi
langsing adalah idaman setiap wanita. Dan sudah lama sekali wanita
beranggapan cara puasa merupakan jalan pintas yang paling ampuh. Turunnya
drastis dan waktunya singkat pula. Padahal di balik puasa sebetulnya terjadi
proses yang sungguh menyehatkan tubuh yaitu pembuangan racun-racun
(detoksifikasi). Menurunnya berat tubuh hanya merupkan efek samping dari
proses detoks tersebut. Karena
itulah bukan cuma orang gemuk yang perlu melakukan detoksifikasi. Yang kurus
pun sebaiknya menjalani kegiatan ini secara periodik agar racun yang masuk
dalam tubuh tidak menumpuk dan menjadi penyakit yang parah. Sayangnya
tidak semua orang merasa perlu melakukan detoksifikasi secara periodik.
Alasan utama yang paling sering kita dengar, "Saya sehat, kok. Atau,
bukankah tubuh juga sudah melakukan pembuangan makanan yang tidak terpakai
setiap hari lewat buang air besar?" Sebelum
terpaksa pergi ke dokter, kita memang selalu merasa diri sehat. Padahal
dengan pola makan, pola hidup, serta pencemaran yang terjadi saat ini,
sulitlah buat kita untuk hidup sehat. Dan kalau buang air besar yang menjadi
patokan, sesungguhnya sangat bisa jadi kotoran yang kita keluarkan hari ini
merupakan kotoran 2 hari yang lalu. Jadi bisa dibayangkan, kita sudah
menyimpan racun dalam tubuh selama 2 hari. Nah, detoksifikasi bertujuan
membuang racun-racun yang sudah mengendon dalam tubuh hingga tubuh kita
menjadi betul-betul baru dan sehat. MANFAAT
DETOKSIFIKASI Pengusiran
racun dalam tubuh tentu saja akan menyehatkan tubuh. Hingga cara ini kerap
diterapkan untuk membantu penyembuhan berbagai penyakit. Penyakit tersebut
antara lain, asma, alergi, pilek, flu, bronkitis, asam urat, rematik, kanker
stadium dini, insomnia, depresi, stres, tekanan darah tinggi, kolesterol
tinggi, penyumbatan pembuluh koroner, penyumbatan pembuluh arteri, obesitas,
sariawan, mag, migren, penyakit kulit, serta ketergantungan obat, nikotin,
alkohol, dan narkotik. CARA
DETOKSIFIKASI Puasa untuk
detoksifikasi bisa dilakukan dengan berbagai cara. Tetapi prinsipnya satu
yakni, tidak memasukkan makanan berlebihan terutama yang tidak sehat, dan
mengurangi pemborosan energi hingga energi yang dihasilkan tubuh betul-betul
digunakan untuk merontokkan semua racun. Penghematan
energi tadi bisa dilakukan dengan puasa seperti yang selama ini dilakukan
secara agama (makan hanya selepas magrib hingga sebelum subuh), atau hanya
menyantap buah dan sayuran. Bahkan yang lebih ekstrem lagi hanya minum air
putih saja. Dengan
berpuasa atau menyantap makanan yang mudah dicerna, tubuh tidak menggunakan
energi untuk mencerna makanan, tetapi betul-betul untuk membuang racun. Sayangnya,
tidak semua orang paham akan makna dan tujuan puasa sesungguhnya hingga
ketika lepas dari acara puasa, mereka kembali ke pola makan semula. Makanan
yang masuk tidak diperhatikan jumlah maupun mutunya. Bahkan di saat puasa
pun, kita kerap jor-joran di waktu berbuka hingga proses detoks tidak
berlangsung sempurna. Detoksifikasi
dengan cara puasa seperti diajarkan agama pasti sudah tidak asing lagi untuk
Anda. Tetapi bagi orang tertentu (misalnya, yang tidak biasa berpuasa), puasa
seperti itu dirasakan berat. Dalam hal ini, puasa dengan hanya makan buah,
akan banyak menolong. Agar gizi
yang masuk cukup lengkap, konsumsilah buah yang bermacam-macam dalam sehari.
Buah sebaiknya dibuat juice agar meringankan tugas pencernaan dan
menghemat energi. Juice dibuat tanpa air. Banyaknya 1 gelas setiap dua jam.
Selain buah, Anda bisa juga minum juice sayuran, tetapi keduanya tidak
disarankan untuk dicampur dalam satu minuman. Untuk memberi aroma maupun
rasa, Anda bisa menambahkan perasan air jeruk nipis atau jahe pada juice
Anda. Namun hindari gula atau pemanis. Di antara
waktu minum juice itu, konsumsilah air putih sebanyak mungkin untuk
memperlancar pembuangan. KAPAN
DAN BERAPA LAMA DETOKSIFIKASI DILAKUKAN? Proses
pembuangan racun sebaiknya dilakukan paling tidak 1 tahun sekali selama 30 -
40 hari, tergantung kondisi tubuh. Makin kurang sehat Anda, makin panjanglah
waktu yang dibutuhkan untuk menghalau segala racun dalam tubuh. Meski sudah
dibuktikan melakukan puasa yang paling berat sekalipun (hanya minum air
putih) selama 40 hari tidak berakibat buruk, toh, sebaiknya detoksifikasi dilakukan
bertahap, terutama untuk pemula. Mulailah dulu 2 hari dalam 2 minggu,
kemudian 2 hari dalam seminggu, begitu seterusnya sampai bisa dilakukan
setiap hari berturut-turut selama 30 hari. Seperti
telah dijelaskan di atas, usai puasa, kita tetap harus menjaga asupan makanan
supaya tubuh yang sudah sehat dan bebas racun tadi, tidak kembali dipenuhi
racun. Namun, toh, kendati asupan makanan sudah dijaga, puasa baik sekali
tetap dilakukan. Pendeknya makin sering kita berpuasa, makin sehatlah tubuh
kita. Biasanya
tubuh segera akan memberi "peringatan" manakala sudah harus
"dibersihkan". Kondisi ini disebut asidosis. Saat itu keasaman
tubuh sudah terlalu tinggi hingga rentan terhadap penyakit. Padahal
keseimbangan asam basa bagi tubuh yang sehat antara 7,3
- 7,5. Gejala awal asidosis antara lain, sering sakit kepala, asma,
sinusitis, mudah alergi, sering pilek, batuk, dan flu, sering kembung,
sembelit, mag, kulit berjerawat, keputihan, napas dan keringat bau, dan
kelebihan berat badan. Nah, kalau gejala-gejala tersebut sudah dialami,
saatnyalah kembali berpuasa meski Anda relatif baru menjalankan puasa. Harap
diingat juga, kendati tubuh masih kuat berpuasa, sebaiknya puasa segera
dihentikan setelah 40 hari. Karena kemampuan tubuh menyediakan makanan atau
sumber energi maksimum hanya sampai 40 hari. Lebih dari itu tubuh kita akan
kelaparan dan kekurangan energi. Akibatnya tubuh tidak hanya kurus, tetapi
juga kering, keriput, dan rentan terhadap penyakit. EFEK
SAMPING DETOKSIFIKASI Saat toksin
melewati pembuluh darah, tubuh memang akan memberi reaksi. Timbullah sakit
kepala, mual, kembung, sembelit, pilek, flu, demam ringan, gangguan kulit,
gangguan emosi (gelisah cemas, uring-uringan, dan sulit memusatkan pikiran),
serta kedinginan. Kadang juga disertai perubahan warna air seni dan napas
bau. Reaksi ini
sangat individual sifatnya. Pada orang tertentu reaksi ini boleh jadi tidak
muncul atau sudah terjadi pada hari pertama. Tetapi umumnya reaksi di atas
baru muncul pada hari ketiga karena pada hari ketiga tubuh mulai mengambil
energi dari lemak setelah hari pertama mengambil glukosa dari otot, dan hari
kedua dari lever. Nah, supaya bisa sampai ke otak, lemak harus mengalami
tahap perubahan hingga membutuhkan waktu lebih lama. Kalau reaksi
ini muncul, tidak perlu menghentikan puasa. Kurangi saja aktivitas yang
menguras energi, hindari juga berpanas-panas di bawah matahari, minum air
putih atau jus sebanyak-banyaknya, atau segera tidur. Biasanya reaksi ini
hanya berlangsung satu hari saja. Tetapi kalau sakit kepala betul-betul tidak
tertahankan, baik juga Anda pergi ke dokter dan menghentikan puasa. DILARANG
BERPUASA Meski puasa
amat penting untuk menghalau segala racun dalam tubuh, toh, tidak semua orang
disarankan menjalankannya. Orang-orang yang kurang gizi, misalnya, tentu
lebih tidak akan mampu melakukan puasa. Kalaupun mampu, pasti berakibat buruk
bagi tubuhnya. Hal ini juga berlaku bagi mereka yang berat badannya kurang. Ibu sehat,
tetapi sedang hamil atau menyusui pun kurang disarankan untuk melakukan
detoksifikasi. Begitu juga mereka yang sedang menderita kanker stadium
lanjut, tukak lambung, diabetes kronis, lemah jantung, gagal ginjal, sakit
jantung, dan TBC. Puasa juga hanya dianjurkan bagi orang dewasa. Balita dan
manula sebaiknya tidak melakukannya. Nah, melihat pentingnya detoksifikasi bagi tubuh kita, mengapa Anda tidak segera memulainya hari ini juga. Awali hari Anda dengan minum air putih, setidaknya 2 gelas setelah itu lanjutkan dengan juice buah setiap 2 jam. Hasilnya, tubuh bebas penyakit, segar, dan nyaman. Tentu kalau langkah-langkah puasa Anda dijalankan dengan benar seperti uraian di atas. sdp@Semy |
.