(Taken from maj. Ummi)
MANAJEMEN
PENGEMBANGAN DIRI
Ust.Setiawan Budi Utomo
Prestasi merupakan refleksi jiwa. Jiwa yang dinamis akan
merefleksikan semangat pengembangan diri secara total dan berkesinambungan. Jiwa yang dinamis pula yang pada akhirnya akan
melahirkan etos kerja dan budaya
pengembangan diri yang baik.
Pengembangan diri manusia bersifat dinamis, berubah dari hari
ke hari. Dinamisnya pengembangan diri telah diisyaratkan
Allah SWT dalam surat al-Hasyr ayat 18, Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat),
bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan. Dalam riwayat sebuah
hadits juga dinyatakan, barangsiapa yang harinya sama dengan kemarin,
ia terlena, jika harinya lebih
buruk dari kemarin, ia merugi,
yang beruntung hanyalah orang yang harinya lebih baik dari
kemarin
Pentingnya pengembangan diri
Setiap momentum pergantian tahun dalam perjalanan hidup kita, selalu
kita iringi dengan melakukan muhasabah. Hal ini dilakukan bukan sekedar untuk mengenang
masa lalu, namun sebagai persiapan
untuk menghadapi masa depan. Dengan
melakukan muhasabah, kita dapat mengetahui
kekuatan dan kelemahan, peluang maupun tantangan yang kita miliki.
Bulan Ramadhan yang baru lalu, saya berkesempatan
berkunjung ke Jepang. Saat
itu, saya menyaksikan
fenomena peradaban modern
Negara Jepang, dengan caranya sendiri mampu mengantarkan masyarakatnya menjadi masyarakat dengan peradaban modern. Rahasia pencapaian kemajuan
mereka adalah Keizen. Kaizen adalah
konsep yang diperkenalkan oleh Masaaki Imai, seorang pakar produktivitas perusahaan Jepang. Imai
yang sejak tahun 1950-an mempelajari produktivitas industri Amerika kemudian menulis buku Kaizen, The Key to Japan s Competitive Success (1986)
yang berisi rahasia keberhasilan perusahaan dan industri Jepang.
Strategi Kaizen merupakan konsep tunggal manajemen Jepang yang menjadi kunci sukses dalam
persaingan. Kaizen berarti penyempurnaan secara kontinyu dan melakukan pengembangan
secara total dengan melibatkan semua unsur dan potensi
yang ada. Kaizen berorientasi
pada proses dan usaha yang optimal, berbeda dengan manajemen Barat yang lebih berorientasi pada hasil.
Esensi konsep Keizen dapat
kita terapkan dalam kehidupan sehari-hari. Dalam bentuk upaya untuk selalu mengembangkan
dan menyempurnakan kemampuan, prestasi dan produktivitas spiritual, intelektual, fisik maupun material secara kaffah alias total.
Upaya pengembangan
diri
Pengembangan diri sebenarnya merupakan proses pembaruan. Proses ini disebut oleh
Stephen R. Covey dalam The 7 habits of Highly
Effective People (1993) sebagai konsep
asah gergaji. Pembaruan yang dilakukan, menurut Covey mesti meliputi empat dimensi yaitu: pembaruan fisik, spiritual,
mental dan sosial/emosional.
Pembaruan fisik dapat dilakukan
dengan melalui olahraga, asupan nutrisi, dan upaya
pengelolaan stres. Pembaruan spiritual dapat diraih melalui penjelasan
tentang nilai dan komitmen, melakukan
studi atau kajian dan berkontemplasi
atau berdzikir. Dimensi mental dapat diperbarui melalui kegiatan membaca, melakukan visualisasi, membuat perencanaan dan menulis. Adapun dimensi sosial/emosional
diasah melalui pemberian pelayanan, bersikap empati, melakukan sinergi dan menumbuhkan rasa aman dalam
diri. Dalam proses pengembangan diri diperlukan keseimbangan (tawazun) dan sinergi (tanasuq)
untuk mencapai hasil optimal sebagaimana yang diharapkan.
Pengembangan diri tidak muncul begitu saja.
Untuk meraihnya, diperlukan latihan dengan pola seperti spiral. Pola ini melatih kita
untuk bergerak ke atas sepanjang
spiral secara terus-menerus.
Pola spiral ini memaksa kita untuk
melalui tiga tahap kegiatan yakni belajar, berkomitmen, dan berbuat. Latihan ini harus terus-menerus berjalan secara berulang-ulang sampai kualitas dan produktivitas diri kita menjadi
semakin tinggi.
Apa yang perlu dikembangkan?
Dalam melakukan pengembangan diri, kita memerlukan tolok ukur yang nyata dan aplikatif
untuk mengetahui kemajuan dan perkembangan
yang telah kita capai . Konsep Sharpening Our Concept and Tools (SHOOT) yang dikembangkan oleh Lembaga Manajenen Terapan Trustco berikut ini dapat
kita jadikan sebagai contoh daftar aktivitas pengembangan diri.
1. Memperluas pengetahuan mengenai fakta situasional. Jangan bersikap tak acuh
dengan lingkungan sekitar;
2. Menjalin hubungan dengan orang lain;
3. Mengelola waktu secara efektif;
4. Menjaga keaktualan pengetahuan
agar tidak tertinggal dan relevan. Jangan malas mencari pengetahuan
baru;
5. Berlatih untuk mengumpulkan fakta dan membuat asumsi;
6.Membuat jurnal pribadi dengan menggunakan catatan harian agar jadwal kita menjadi
teratur.;
Menentukan batas-batas kekuasaan dan otoritas yang kita miliki
1. Jelas agar kita dapat
leluasa berkembang;
2.Mendengarkan dengan seksama;
3.Melakukan pengambilan keputusan
dengan baik;
4. Membiasakan membuat teknik perencanaan (planning) yang baik.
Melakukan secara
mandiri
Proses pengembangan
diri yang kita lakukan tidak akan
berjalan lancar apabila kita mengandalkan
dukungan dari luar. Diperlukan sebuah etos tarbiah dzatiyah (self education)
yang berasal dari dalam diri kita
sendiri. Pembelajaran
yang harus dilakukan secara mandiri ini setidaknya mencakup tiga hal,
yaitu: kemampuan membuat kurikulum atau agenda pribadi (self
curriculum), kemampuan menjadi
pembelajar yang cepat
(speed learner), dan belajar
secara mandiri (self
learning).
Melakukan proses
pengembangan diri memang tidak bebas
hambatan, bahkan seringkali penuh kendala. Albert Ellis, psikolog dan penulis terkenal
dalam bukunya Feeling
Better, Getting Better, Staying Better (2001) memperkenalkan
konsep terapi Rational
Emotive Behavior Theraphy (REBT) . Konsep ini diperkenalkan oleh
Ellis untuk membantu mengatasi
hambatan dalam pengembangan diri. Beberapa hal yang disampaikannya berikut ini dapat menjadi
bahan renungan kita:
Bicara adalah
perkara mudah. Namun, hanya bicara yang diikuti oleh tindakan
yang dapat membuat segalanya menjadi lebih baik.
·
Anda tidak akan dapat
mencapai kemajuan apabila selalu mengerjakan sesuatu dengan cara yang sama. Oleh karena,
mengubah cara
harus sering dilakukan meskipun dapat membuat anda
merasa kurang nyaman.
·
Anda harus berusaha menghentikan kebiasaan yang tidak baik dengan sungguh-sungguh.
·
Semakin lama anda
tenggelam dalam perilaku yang merugikan diri sendiri, semakin
lama anda harus berjuang untuk menghentikannya.
·
Menghindari tindakan yang anda kuatirkan akan
gagal hanya dapat mengurangi kecemasan anda sementara. Dalam jangka panjang, penghindaran ini justru dapat berakibat buruk. Oleh karena itu
lebih baik menghadapinya, ketimbang mengindar.
·
Makin sering
anda berfikir bahwa anda tidak
berguna dan tidak berharga setelah mengalami kegagalan, semakin sulit anda mencapai
keberhasilan.
·
Kalau anda
ingin menemukan kedamaian dan kegembiraan
di dunia dan Insya Allah di surga nanti, atau ingin menjadi lebih baik,
anda harus memaksa diri untuk
melakukannya.
Sikap diri seperti di
atas perlu dibangun karena menentukan
Oleh karena itu
sangat tepat jika kita selalu
berpegang pada pesan Nabi saw dalam hadits riwayat
al-Bukhari, segala aktivitas ditentukan oleh niat dan
seseorang akan
menuai hasil aktivitasnya sesuai dengan niatnya. Niat itulah sebenarnya yang merupakan benih dari sikap diri
sehingga perlu dijaga kesucian dan kekuatannya. Dengan demikian, niat dapat memberikan energi positif dalam pengembangan
diri. Nabi juga bersabda bahwa
sangatlah beruntung seseorang yang senatiasa menyibukkan diri dengan kekurangannya, ketimbang mengorek kekuarangan orang lain. (QS. Ali Imran: 110-194)
Wallahu A lam Wa Billahit Taufiq
Wal Hidayah