dari : http://channels.dal.net/alhikmahonline/hikmah/h3/h3.html

AMANAH

Oleh: Mustofa

Tatkala Nabi Muhammad SAW dan kaum Muslimin memperoleh Fathu Makkah
(kemenangan Makkah), beliau memanggil Utsman bin Thalhah bin Abi
Thalhah (juru kunci Ka'bah di zaman Jahiliyah), lantas Rasulullah
berkata, "Tunjukkan kepadaku kunci Ka'bah." Utsman pun bergegas
membuka tangannya, dan bermaksud memberikan kunci itu kepada Nabi.
Tapi, hampir saja beliau menerima kunci tersebut, tiba-tiba Al-Abbas
berdiri dan berkata, "Ya Nabi, demi Bapakku, Engkau dan Ibuku,
berikan kunci itu kepadaku, supaya aku yang mengurus masalah
pengairan dan kunci ka'bah itu sekaligus." Mendengar ucapan ini,
Utsman menutup kembali tangannya (enggan memberikannya kepada
Rasulullah SAW). Kemudian Nabi bersabda, "Berikan kunci itu kepadaku
wahai Utsman". Utsman lalu memberikan kunci itu kepada Nabi seraya
berkomentar, "Ini dia amanah dari Allah." Nabi berdiri dan membuka
pintu Ka'bah, dilanjutkan kemudian dengan thawaf mengelilingi Ka'bah.
Pada saat itu Jibril turun, memerintahkan kepada Nabi untuk
mengembalikan kunci tersebut kepada Utsman. Nabi memanggil Utsman bin
Thalhah dan memberikan kembali kunci Ka'bah kepadanya
窶ヲ Demikian
sebagaimana yang diriwayatkan ole Ibnu Marduwaih yang bersumber dari
Ibnu Abbas (Tafsir Ibnu Katsir I/569)
Pada kesempatan lain Rasulullah bertanya kepada sahabatnya, Mu'adz
bin Jabal r.a: "Wahai Mu'adz, tahukah kamu apa hak Allah dan Hak
hamba-Nya dan apa hak hamba atas Allah ?" mu'adz kemudian
menjawab: "Allah dan Rasul-Nya lebih mengetahuinya". Rasulullah lalu
bersabda:" Sesungguhnya hak Allah atas hambanya adalah menyembah-Nya
dan tidak menyekutukan-Nya dengan selain-Nya. Adapun hak hamba atas
Allah adalah Ia tidak akan menyiksa hamba yang tidak menyekutukan-Nya
dengan selain-Nya"
窶ヲ(HR. Bukhori & Muslim)
Amanah secara umum berarti segala hak yang menjadi tanggung jawab
seseorang, baik yang berhubungan dengan Allah maupun yang berhubungan
dengan sesama manusia. Hadits di atas menunjukkan bahwa segala hal
yang menyangkut kewajiban seorang hamba merupakan hak Allah. Dan
begitu pun sebaliknya. Oleh karena itu, hak Allah atas hambanya
adalah disembah --dengan serangkaian ibadah yang telah ditetapkan
dalam syari'ah-- dan tidak tidak disekutukan dengan selain-Nya.
Apabila ada seorang hamba yang tidak melaksanakan ibadah kepada Allah
maka berarti ia telah melanggar hak Allah. Ia telah menyalahi amanah
yang telah diberikan kepadanya. Beribadah kepada Allah dan
menyempurnakannya dengan memurnikan niat semata karena-Nya adalah
bentuk pemenuhan amanah Allah. Sebaliknya, jika manusia enggan
beribadah kepada Allah maka berarti ia mengkhianati amanah Allah.
Allah telah berpesan: "Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu
mengkhianati Allah dan Rasul (Muhammad) dan janganlah kamu
mengkhianati amanah-amanah yang dipercayakan kepadamu, sedangkan kamu
mengetahui." (QS an-Anfaal: 27). Semua yang telah Allah dan Rsul-Nya
wasiatkan di dalam al-Qur'an dan Sunnah adalah amanah bagi manusia
untuk menunaikannya.
Adapun amanah yang berhubungan dengan sesama manusia umumnya terkait
dengan masalah mu'amalah. Rasulullah bersabda: "Setiap kamu adalah
pemimpin dan akan dimintai pertanggungjawabannya tentang apa yang
dipimpinnya. Imam adalah pemimpin dan ia akan diminta
pertanggungjawaban tentang kepemimpinannya. Orang laki-laki adalah
pemimpin di lingkungan keluarganya, dan dia akan ditanya tentang apa
yang dipimpinnya. Orang perempuan juga pemimpin, (dalam mengendalikan
rumah tangga suaminya), dan ia juga akan ditanya tentang apa yang ia
pimpinnya. Pembantu rumah tangga juga pemimpin dalam mengawasi harta
benda majikannya, dan dia juga akan ditanya tentang apa yang
dipimpinnya." (HR Bukhari). Dari hadits ini jelas bahwa setiap orang
memikul amanah yang sekecil apapun bentuk amanah itu harus
dipertanggungjawabkan di dunia dan di akhirat. Pertanggungjawaban di
dunia adalah dengan memenuhi amanah tadi kepada yang berhak,
sementara di akhirat akan menghadapi hisab di hadapan Rabbil Izzati,
yang manusia tidak bisa menipu-Nya.
Amanah meliputi segala hal; Harta, anak, Ilmu, jabatan dalam semua
jenis tingkatannya, titipan barang atau pesan, kepercayaan, menjaga
rahasia & aib teman maupun keluarga dan lain sebagainya. Sedangkan
tidak menunaikan amanah berarti khianat. Dengan demikian semakin
banyak rezeki yang Allah limpahkan kepada seorang hamba maka
sesungguhnya bertambahlah beban amanah yang mesti ia
pertanggungjawabkan dihadapan-Nya. Sebagaimana semakin tinggi jabatan
seseorang -baik dalam suatu organisasi sosial maupun dalam dunia
kerja--, juga semakin besar amanah yang harus ia pikul. Memahami
akan pertanggungjawaban amanah yang begitu besar, maka sungguh aneh
jika ada orang yang senang dan bahkan 'gila' jabatan, mempertahankan
mati-matian jabatannya dengan segala cara. Semoga Allah SWT
memberikan kemampuan kepada kita semua untuk menunaikan segala amanah-
Nya, amien. Wallohu a'lam.








8-Februari-2002 /
5:40:45







------------------------ Yahoo! Groups Sponsor ---------------------~-->
Get your FREE credit report with a FREE CreditCheck
Monitoring Service trial
http://us.click.yahoo.com/ACHqaB/bQ8CAA/ySSFAA/pCOolB/TM
---------------------------------------------------------------------~->

-----
"Demi masa.
Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian,
kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal
saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran
dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran."
(QS Al-Asr(103):1-3)


Your use of Yahoo! Groups is subject to http://docs.yahoo.com/info/terms/



.