> Problem Kelekatan
>
> Oleh Jacinta F. Rini, MSi.
>
> Team e-psikologi
>
>
>
> Setiap mulainya tahun ajaran baru, banyak orangtua sibuk mendorong
>sang batita dan balita agar segera masuk sekolah. Ternyata masalah
>tidak berakhir setelah niat ? nya kesampaian, karena sang batita dan
>balita kok malah rewel dan nangis terus....pengasuhnya harus
>kelihatan olehnya..kalau tidak, bisa panik.... Ada pula yang ngadat
>nggak mau sekolah ...Ada pula yang susah menyesuaikan diri dengan
>lingkungannya, mojok terus dan membisu, kalau didekati guru malah
>ketakutan.....Sementara itu, ada pula orangtua yang pusing karena
>mendapat laporan guru kalau anaknya suka memukuli teman di kelas.....
>
>
> Problem tersebut banyak dialami oleh anak-anak terutama pada saat
>mereka menghadapi situasi, lingkungan atau orang baru. Berbagai sikap
>dan perilaku aneh kemudian muncul sebagai reaksi terhadap
>ketidaknyamanan yang dirasakannya. Namun demikian, tidak setiap anak
>mengalaminya karena ada pula yang mudah menyesuaikan diri dengan
>lingkungannya dan bahkan bisa menjalin komunikasi yang interaktif
>dengan teman-teman serta gurunya. Sebenarnya, keberadaan problem
>tersebut bisa menjadi pertanda adanya masalah psikologis yang harus
>dicermati oleh orangtua agar bisa diketahui faktor penyebab dan
>strategi yang bisa dilakukan untuk menanganinya agar problem ini
>tidak sampai berlarut-larut dan mengganggu perkembangan psikologis
>dan kemampuan sosial sang anak.
>
>
>
> Berawal dari Pola Hubungan Orangtua-Anak
>
>
>
> Dari kaca mata psikologi, banyak masalah yang dialami anak-anak
>antara lain bersumber dari pola hubungan yang buruk antara orangtua
>dengan anak atau penyebab lain yang akan dibahas kemudian. Dalam
>artikel ini akan dibahas seputar pentingnya kelekatan hubungan yang
>positif antara anak dengan orangtua dan pengaruhnya bagi perkembangan
>psikologis sang anak.
>
>
>
> Apakah yang disebut kelekatan ?
>
> Banyak orang takut jika kelekatan antara bayi dengan ibunya bisa
>membuat anak jadi "bau tangan", manja, dan cengeng sehingga muncul
>nasehat-nasehat seperti :
> kalau anak menangis, biarkan saja...tidak usah ditanggapi...nanti
>juga diam sendiri...dia cuma minta perhatian...Latihlah
>disiplin...mereka sekali-sekali harus dikerasi supaya tidak
>manja....Jangan sering-sering memeluk anak, nanti dia bisa menjajah
>orangtuanya....Jangan sering-sering mencium anak, nanti dia jadi
>manja...Bayi jangan sering-sering dipeluk atau digendong.....taruh
>saja di tempat tidur biar tidak bau tangan.....
>
>
>
> Begitulah nasehat-nasehat yang sering diperdengarkan pada calon ibu
>atau ibu-ibu muda kita. Nasehat tersebut kerapa kali membuat mereka
>jadi bingung karena pada prakteknya sering mengalami konflik batin,
>antara keinginan untuk memberi perhatian penuh dengan kekhawatiran
>kelak anak jadi manja atau tidak tahu diri.
>
>
>
>
>
> Para ahli psikologi perkembangan dewasa ini makin menilai secara
>kritis pentingnya kelekatan (positif) antara anak dengan orangtua.
>Kelekatan adalah sebuah proses berkembangnya ikatan emosional secara
>resiprokal (timbal balik) antara bayi/anak dengan pengasuh
>(orangtua). Kelekatan yang baik dan sehat dialami seorang bayi yang
>menerima kasih sayang yang stabil dari kehadiran orangtua yang
>konsisten; sehingga bayi atau anak dapat merasakan sentuhan hangat,
>gerakan lembut, kontak mata yang penuh kasih dan senyuman orangtua.
>
>
>
>
>
> Apakah manfaat dari hubungan kelekatan antara anak-orangtua ?
>
>
>
> Rasa percaya diri
>
>
> Perhatian dan kasih sayang orangtua yang stabil, menumbuhkan
>keyakinan bahwa dirinya berharga bagi orang lain. Jaminan adanya
>perhatian orangtua yang stabil, membuat anak belajar percaya pada
>orang lain.
>
>
> Kemampuan membina hubungan yang hangat
>
>
> Hubungan yang diperoleh anak dari orangtua, menjadi pelajaran
>baginya untuk kelak diterapkan dalam kehidupannya setelah dewasa.
>Kelekatan yang hangat, menjadi tolok ukur dalam membentuk hubungan
>dengan teman hidup dan sesamanya. Namun hubungan yang buruk, menjadi
>pengalaman traumatis baginya sehingga menghalangi kemampuan membina
>hubungan yang stabil dan harmonis dengan orang lain.
>
>
> Mengasihi sesama dan peduli pada orang lain
>
>
> Anak yang tumbuh dalam hubungan kelekatan yang hangat, akan memiliki
>sensitivitas atau kepekaan yang tinggi terhadap kebutuhan sekitarnya.
>Dia mempunyai kepedulian yang tinggi dan kebutuhan untuk membantu
>kesusahan orang lain
>
>
> Disiplin
>
>
> Kelekatan hubungan dengan anak, membuat orangtua dapat memahami anak
>sehingga lebih mudah memberikan arahan secara lebih proporsional,
>empatik, penuh kesabaran dan pengertian yang dalam. Anak juga akan
>belajar mengembangkan kesadaran diri, dari sikap orangtua yang
>menghargai anak. Sikap menghukum hanya akan menyakiti harga diri anak
>dan tidak mendorong kesadaran diri. Anak patuh karena takut.
>
>
> Pertumbuhan intelektual dan psikologis
>
>
> Bentuk kelekatan yang terjalin, kelak mempengaruhi pertumbuhan
>fisik, intelektual dan kognitif serta perkembangan psikologis anak.
>
>
> Faktor Penyebab Gangguan Kelekatan Pada Anak
>
> Banyak faktor yang menyebabkan seorang anak tidak mendapatkan
>kelekatan kasih sayang yang tulus, hangat dan konsisten dari kedua
>orangtuanya. Dan menurut ahi psikologi perkembangan, hingga usia 2
>tahun adalah masa paling kritis. Erik Erikson, seorang bapak
>perkembangan berpendapat, masalah yang terjadi dalam masa-masa
>tersebut berpotensi mengganggu proses perkembangan psikologis yang
>sehat.
>
>
>
> Perpisahan yang tiba-tiba antara anak dengan orangtua/pengasuh
>
> Perpisahan traumatik bagi seorang anak bisa berupa : kematian
>orangtua, orangtua dirawat di rumah sakit dalam jangka waktu lama,
>atau anak yang harus hidup tanpa orangtua karena sebab-sebab lain
>
> Penyiksaan emosional (dan pengabaian), penyiksaan fisik atau pun
>penyiksaan seksual
>
> Setiap anak rentan terhadap penyiksaan emosional maupun fisik dari
>orangtua/pengasuh sebagai bagian dari pola asuh dan interaksi sehari-
>hari (lihat artikel: Penyiksaaan & Pengabaian Terhadap Anak). Sistem
>pendidikan tradisional yang seringkali menggunakan cara hukuman (baik
>fisik maupun emosional) untuk mendidik dan mendisiplinkan anak.
>orangtua sering bersikap menjaga jarak dan bahkan ada yang membangun
>image "menakutkan" agar anak hormat dan patuh pada mereka. Padahal
>cara ini malah membuat tumbuh menjadi pribadi yang penakut, mudah
>berkecil hati dan tidak percaya diri. Anak akan merasa bukan siapa-
>siapa atau tidak bisa berbuat apa-apa tanpa orangtua.
>
>Sementara itu, penyiksaan seksual tidak mustahil terjadi pada anak,
>yang dilakukan oleh orang dewasa di sekitarnya, entah itu orangtua
>maupun anggota keluarga atau pihak lain. Hal ini kemungkinan terjadi
>karena orang tersebut mengalami problem psikologis yang menyebabkan
>dirinya mengalami hambatan pengendalian dorongan seksual.
>
> Pengasuhan yang tidak stabil
>
> Pengasuhan yang melibatkan terlalu banyak orang, bergantian, tidak
>menetap oleh satu/dua orangtua, menyebabkan ketidakstabilan yang
>dirasakan anak, baik dalam hal "ukuran" cinta kasih, perhatian,
>kelekatan dan kepekaan respon terhadap kebutuhan anak. Anak jadi
>sulit membangun kelekatan emosional yang stabil karena pengasuhnya
>selalu berganti-ganti tiap waktu. Situasi ini kelak mempengaruhi
>kemampuannya menyesuaikan diri karena anak cenderung mudah cemas dan
>kurang percaya diri (merasa kurang ada dukungan emosional).
>
> Sering berpindah tempat/domisili
>
> Seringnya berpindah tempat membuat proses penyesuaian diri anak
>menjadi lebih sulit, terutama bagi seorang batita atau balita.
>Situasi ini akan menjadi lebih berat baginya jika orangtua tidak
>memberikan rasa aman dengan mendampingi mereka dan mau mengerti atas
>sikap/perilaku anak-anak yang mungkin saja jadi "aneh" akibat dari
>rasa tidak nyaman saat harus menghadapi orang baru. Tanpa kelekatan
>yang stabil, reaksi negatif anak (yang sebenarnya normal) akhirnya
>menjadi bagian dari pola tingkah laku yang sulit diatasi
>
> Ketidakkonsistenan cara pengasuhan
>
> Banyak orangtua yang tidak konsisten dalam mendidik anak. Misalnya,
>pada suatu saat orangtua menghukum anak dengan sangat keras, tapi di
>lain waktu (mungkin karena merasa bersalah) memenuhi semua keinginan
>anak (misal membelikan mainan mahal). Ketiadaan kepastian sikap
>orangtua, membuat anak sulit membangun kelekatan tidak hanya secara
>emosional tetapi juga secara fisik. Sikap orangtua yang tidak dapat
>diprediksi, membuat anak bingung, tidak yakin dan sulit mempercayai
>(dan patuh) pada orangtua.
>
> Problem psikologis yang dialami orangtua
>
> orangtua yang mengalami problem emosional atau psikologis sudah
>tentu membawa pengaruh yang kurang menguntungkan bagi anak. Hambatan
>psikologis, misalnya gangguan jiwa, depresi atau problem stress yang
>sedang dialami orangtua tidak hanya membuat anak tidak bisa
>berkomunikasi dan ngobrol enak dengan orangtua, tapi membuat orangtua
>kurang peka terhadap kebutuhan dan masalah anak. Bahkan, orangtua
>sering terlalu sensitif dan emosional, menjadi lebih pemarah dan
>kurang sabar menanggapi perilaku anak-anak. Tidak jarang anak
>dimarahi atau dipukul, disiksa, atau diberi perlakuan yang sangat
>tidak proporsional dibandingkan dengan "kenakalan" yang dilakukan.
>Tindakan tersebut beresiko menghancurkan harga diri seorang anak.
>
> Problem neurologis/syaraf
>
> Ada kalanya, gangguan syaraf yang dialami anak bisa mempengaruhi
>proses persepsi atau pemrosesan informasi anak tersebut, sehingga ia
>tidak dapat merasakan adanya perhatian yang diarahkan padanya.
>Contohnya, ada kasus seorang bayi yang rewel terus dan restless
>karena dalam tubuhnya terdapat unsur cocaine, atau zat addictive yang
>sudah mempengaruhi pertumbuhan struktur syaraf otak sejak masa
>konsepsi (pembentukan jaringan). Problem ini bisa disebabkan masalah
>alkoholisme atau obat-obatan yang biasa dikonsumsi orangtua sebelum
>dan selama masa kehamilan; atau karena efek samping obat-obatan yang
>harus diminum anak akibat penyakit yang sedang dideritanya.
>
>
> Dampak Problem Kelekatan
>
>
> Anak-anak yang kebutuhan emosionalnya tidak terpenuhi akibat problem
>kelekatan yang dialami, berpotensi mengalami masalah intelektual,
>masalah emosional dan masalah moral dan sosial di kemudian hari.
>
>
>
>
>
> Masalah Intelektual
>
> 1. Mempengaruhi kemampuan pikir seperti halnya memahami proses
>"sebab-akibat"
>
>
> Ketidakstabilan atau ketidakkonsistenan sikap orangtua, mempersulit
>anak melihat hubungan sebab-akibat dari perilakunya dengan sikap
>orangtua yang diterimanya. Dampaknya akan meluas pada kemampuannya
>dalam memahami kejadian atau peristiwa-peristiwa lain yang dialami
>sehari-hari. Akibatnya, anak jadi sulit belajar dari kesalahan yang
>pernah dibuatnya.
>
>
> 2. Kesulitan belajar
>
>
> Kurangnya kelekatan dengan orangtua, membuat anak lamban dalam
>memahami baik itu instruksi maupun pola-pola yang seharusnya bisa
>dipelajari dari perlakuan orangtua terhadapnya atau kebiasaan yang
>dilihat/dirasakannya.
>
>
> 3. Sulit mengendalikan dorongan
>
>
> Kebutuhan emosional yang tidak perpenuhi, membuat anak sulit
>menemukan kepuasan atas situasi / perlakuan yang diterimanya, meski
>bersifat positif. Ia akan terdorong untuk selalu mencari dan
>mendapatkan perhatian orang lain. Untuk itu, ia berusaha sekuat
>tenaga, dengan caranya sendiri untuk mendapatkan jaminan bahwa
>dirinya bisa mendapatkan apa yang diinginkan.
>
>
>
>
>
> Masalah Emosional
>
> 1. Gangguan bicara
>
>
> Menurut sebuah hasil penelitian, problem kelekatan yang dialami anak
>sejak usia dini, dapat mempengaruhi kemampuan bicaranya. Dalam dunia
>psikologi, hingga usia 2 tahun dikatakan sebagai masa oral, dimana
>seorang anak mendapat kepuasan melalui mulut (menghisap ? mengunyah
>makanan dan minuman). Oleh sebab itu lah proses menyusui menurut para
>ahli merupakan proses yang amat penting untuk membangun rasa aman
>yang didapat dari pelukan dan kehangatan tubuh sang ibu. Ada
>kemungkinan anak yang mengalami hambatan pada masa ini akan mengalami
>kesulitan atau keterlambatan bicara.
>
>Memang, secara psikologis anak yang merasakan ketidaknyamanan akan
>kurang percaya diri dalam mengungkapkan keinginannya. Atau, kurangnya
>kelekatan tersebut membuat anak berpikir bahwa orangtua tidak mau
>memperhatikannya sehingga ia lebih banyak menahan diri. Akibatnya,
>anak jadi tidak terbiasa mengungkapkan diri, berbicara atau
>mengekspresikan diri lewat kata-katanya. Ada pula penelitian yang
>mengatakan, bahwa melalui komunikasi yang hangat seorang ibu terhadap
>bayinya, lebih memacu perkembangan kemampuan bicara anak karena si
>anak terpacu untuk merespon kata-kata ibunya.
>
>
> 2. Gangguan pola makan
>
>
> Ada banyak orangtua yang kurang responsif / kurang tanggap terhadap
>tangisan bayinya. Mereka takut jika terlalu menuruti tangisan
>bayinya, kelak ia akan jadi anak manja dan menjajah orangtua.
>Padahal, tangisan seorang bayi adalah suatu cara untuk
>mengkomunikasikan adanya kebutuhan seperti halnya rasa lapar atau
>haus. Ketidakkonsistenan orangtua dalam menanggapi kebutuhan
>fisiologis anak, akan ikut mengacaukan proses metabolisme dan pola
>makan anak.
>
>
> 3. Perkembangan konsep diri yang negatif
>
>
> Ketiadaan perhatian orangtua, sering mendorong anak membangun image
>bahwa dirinya mandiri dan mampu hidup tanpa bantuan siapa pun. Image
>itu berusaha keras ditampilkan untuk menutupi kenyataan yang
>sebenarnya. Padahal, dalam dirinya tersimpan ketakutan, rasa kecewa,
>marah, sakit hati terhadap orangtua, sementara ia juga menyimpan
>persepsi yang buruk terhadap diri sendiri. Ia merasa tidak
>diperhatikan, merasa disingkirkan, merasa tidak berharga sehingga
>orangtua tidak mau mendekat padanya (dan, memang ia juga merasa tidak
>ingin didekati)
>
>Tanpa sadar semua perasaan itu diekspresikan melalui tingkah laku
>yang aneh-aneh, yang orang menyebutnya "nakal", "liar",
>"menyimpang". Mereka juga terlihat suka menuntut secara berlebihan,
>suka mencari perhatian dengan cara-cara yang negatif, sangat
>tergantung, tidak bisa memperhatikan orang lain (tapi menuntut
>perhatian untuk dirinya), sulit mencintai dan menerima cinta dari
>orang lain.
>
>
>
>
>
> Masalah Emosional
>
>
> Anak akan sulit melihat mana yang baik dan tidak, yang boleh dan
>tidak boleh, yang penting dan kurang penting, dari keberadaan
>orangtua yang juga tidak bisa menjamin ada tiadanya, yang tidak dapat
>memberikan patokan moral dan norma karena mereka mengalami kesulitan
>dengan dirinya sendiri, kesulitan dalam memenuhi kebutuhan emosional
>mereka sendiri, kesulitan dalam mengendalikan dorongan mereka
>sendiri. Akibatnya, anak hanya meniru apa yang dilihatnya dari
>orangtua dan mencari cara agar tidak sampai terkena hukuman berat.
>
>Tidak jarang anak-anak tersebut memunculkan sikap dan tindakan
>seperti : suka berbohong (yang sudah tidak wajar), mencuri (karena
>ingin mendapatkan keinginannya), suka merusak dan menyakiti (baik
>diri sendiri maupun orang lain), kejam, dan menurut sebuah
>penelitian, mereka cenderung tertarik pada darah, api dan benda
>tajam.
>
>
>
>
> Bagaimana Membangun Kelekatan yang Baik Dengan Anak ?
>
> Kesiapan mental untuk menjadi orangtua
> Memiliki anak membawa implikasi yang luas, tidak hanya merubah
>peran dari suami / istri, menjadi seorang ayah / ibu. Ada komitmen
>dan tanggung jawab yang harus disadari dan dijalankan. Oleh sebab
>itu, perlu "hati dan pikiran" yang tenang untuk menjalani proses
>menjadi orangtua. Hati dan pikiran yang tenang, akan menciptakan rasa
>nyaman pada janin yang sedang dikandung; dan, jangan lupa bahwa
>ketenangan dan kesiapan hati tersebut mendorong keseimbangan hormon
>yang mendukung proses kehamilan yang sehat. Selain itu, kesiapan
>mental juga merupakan suatu kondisi yang diperlukan terutama untuk
>menghindari konflik dan ketegangan yang bisa muncul di antara suami-
>istri akibat perubahan yang terjadi. Kesiapan tersebut membuat masing-
>masing sadar dan berusaha menahan diri untuk tidak saling menyakiti,
>karena dilandasi kesadaran, bahwa kedua nya saling membutuhkan untuk
>saling menguatkan.
>
> Ciptakan komunikasi yang hangat sejak dini
>
> Berkomunikasi dengan anak tidak dimulai sejak anak lahir, melainkan
>sejak ia dalam kandungan. Sejak itu proses kelekatan pun dimulai.
>Berbicaralah padanya meski ia masih belum tampak secara lahiriah.
>Sapa lah dia, bernyanyilah untuknya dan pelihara/pertahankan
>kestabilan emosi. Sudah banyak penelitian yang menyatakan bahwa
>seorang anak bisa memahami apa yang terjadi dalam diri sang ibu meski
>ia belum lahir. Hal itu bisa dibuktikan dari munculnya kecenderungan
>tertentu yang ada pada anak, misalnya pencemas, super sensitif atau
>pemarah ? dihubungkan dengan persoalan yang sedang dihadapi sang ibu
>pada masa dan pasca kehamilannya.
>
> Upayakan program menyusui
>
> Proses menyusui, bukan hanya sekedar memberikan ASI yang
>berkualitas. Namun menyusui merupakan proses yang melibatkan dua
>belah pihak, bahkan tiga belah pihak : suami ? istri dan anak.
>Kegiatan menyusui merupakan moment yang sangat ideal untuk membangun
>kontak batin yang erat, melalui kelekatan fisik dan kontak mata yang
>intensif. Proses ini membutuhkan "hati" yang tenang dan penuh
>kasih, karena produksi ASI akan terpengaruh oleh faktor fisik dan
>emosional. Oleh sebab itu, perlu kerja sama yang baik dan sikap
>saling memahami serta saling menghargai antara suami-istri agar
>segala persoalan yang terjadi bisa diselesaikan dengan baik tanpa
>menyebabkan ketegangan dan tekanan emosional yang mengganggu hubungan
>dengan anak.
>
> Tanggapilah tangisan bayi / anak secara positif
>
> Banyak orangtua yang menganggap bahwa tidak baik selalu menanggapi
>tangisan bayi, karena bayi perlu dilatih untuk tidak menjadi manja
>dan supaya jantungnya kuat. Memang, pada beberapa kasus pemikiran
>tersebut bisa diikuti, tapi tidak selamanya. Karena, hanya melalui
>menangis?lah seorang bayi dapat mengkomunikasikan ketakutannya,
>kelaparannya, kehausannya, keinginannya akan kehangatan, keinginannya
>untuk dibelai, rasa tidak enak badan, kedinginan, kepanasan dan rasa
>tidak enak yang lain. Jangan lupa, bayi adalah makhluk paling tidak
>berdaya dan tidak berdosa, tidak punya maksud buruk. Jadi,
>tangisannya adalah murni muncul dari kebutuhannya. Bayangkan, jika
>orangtua menunda respon terhadap ketakutannya, maka bayi akan merasa
>frustrasi. Dari situ lah ia juga belajar, bahwa orangtuanya tidak
>bisa memberikan jaminan akan kasih sayang, bahwa dirinya tidak
>terlalu berharga untuk diperhatikan kebutuhannya.
>
> Upayakan kebersamaan dalam keluarga inti
>
> Jaman sekarang, banyak keluarga yang menggunakan jasa baby sitter
>untuk mengasuh anak. Ironisnya, ada beberapa ibu rumah tangga yang
>tidak bekerja, tidak mempunyai kegiatan apapun kecuali arisan, ke
>salon dan shopping, mempunyai banyak asisten dan pembantu ? namun
>anaknya sepenuhnya diurus oleh baby sitter. Tidaklah mengherankan
>jika kelak antara dia dengan anaknya tidak terlihat suatu kelekatan
>yang positif karena anaknya lebih nempel dengan `suster-nya. Situasi
>ini tidak mendorong proses perkembangan psikologis dan identitas yang
>sehat. Anak tetap melihat dirinya diabaikan oleh ibunya sementara
>sang ibu memperhatikan anak melalui berbagai barang dan mainan yang
>dibeli atau pun uang jajan yang berlebihan.
>
>
> Kelekatan yang positif, membutuhkan kerja sama setiap angota
>keluarga. Ciptakan waktu kebersamaan yang konsisten, dipenuhi
>perasaan tenang, senang dan santai. Jika bepergian bersama, (dan jika
>memungkinkan), berlatihlah sejak dini untuk tidak menyertakan sang
>suster ? agar anak terbiasa berada bersama dan dekat orangtua, agar
>anak lebih dapat belajar dan berkomunikasi dengan orangtua, agar anak
>bisa merasakan senangnya jalan-jalan dengan `mama-papa. Sementara
>itu, orangtua juga belajar dari anaknya, dan melihat hasil didikannya
>selama ini melalui sikap dan perilaku anak. Dengan demikian, orangtua
>bisa memahami perilakunya sendiri, mana yang perlu diubah dan mana
>yang perlu ditingkatkan. (jp)
>
> _____________________________
>
>
>
>




_________________________________________________________________
Join the world
largest e-mail service with MSN Hotmail.
http://www.hotmail.com


------------------------ Yahoo! Groups Sponsor ---------------------~-->
Save on REALTOR Fees
http://us.click.yahoo.com/Xw80LD/h1ZEAA/Ey.GAA/pCOolB/TM
---------------------------------------------------------------------~->

-----
"Demi masa.
Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian,
kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal
saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran
dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran."
(QS Al-Asr(103):1-3)


Your use of Yahoo! Groups is subject to http://docs.yahoo.com/info/terms/



.