>
> Labeling
>
> Oleh Martina Rini S. Tasmin, SPsi.

 


>
> Bodoh sekali sih kamu, begitu saja salah, tidak bisa?

>
>Aduh anak saya ini loh pemalu sekali?

>
>Dasar anak bandel?

>
>Beberapa orangtua pasti tidak asing dengan kalimat-kalimat di atas,
>beberapa orangtua yang lain mungkin pernah mendengar (dan
>mengucapkan) versi-versi lain dari kalimat sejenis. Versi-versi lain
>itu bisa kalimat negatif seperti contoh-contoh di atas dan bisa juga
>kalimat-kalimat positif yang berisi pujian tentang kehebatan-
>kehebatan anaknya. Orangtua yang "sempurna" dan sulit menerima
>kesalahan dan kekurangan, mungkin akan lebih banyak mengatakan
>kalimat-kalimat negatif, orangtua yang "adil" mungkin pernah
>mengatakan kedua jenis kalimat tersebut tergantung keadaan anak,
>sementara orangtua lain yang selalu berpikir positif dan hanya mau
>melihat hal-hal positif pada anaknya mungkin hanya mengatakan kalimat-
>kalimat positif. Semua itu disebut sebagai labeling.
>
>Labeling
>
>Labeling adalah proses melabel seseorang. Label, menurut yang
>tercantum dalam A Handbook for The Study of Mental Health, adalah
>sebuah definisi yang ketika diberikan pada seseorang akan menjadi
>identitas diri orang tersebut, dan menjelaskan orang dengan tipe
>bagaimanakah dia.Dengan memberikan label pada diri seseorang, kita
>cenderung melihat dia secara keseluruhan kepribadiannya, dan bukan
>pada perilakunya satu persatu.
>
>Dampak Terhadap Anak
>
>Dalam teori labeling ada satu pemikiran dasar, dimana pemikiran
>tersebut menyatakan "seseorang yang diberi label sebagai seseorang
>yang devian dan diperlakukan seperti orang yang devian akan menjadi
>devian".Penerapan dari pemikiran ini akan kurang lebih seperti
>berikut "anak yang diberi label bandel, dan diperlakukan seperti anak
>bandel, akan menjadi bandel". Atau penerapan lain "anak yang diberi
>label bodoh, dan diperlakukan seperti anak bodoh, akan menjadi
>bodoh". Kalau begitu mungkin bisa juga seperti ini "Anak yang diberi
>label pintar, dan diperlakukan seperti anak pintar, akan menjadi
>pintar".
>
>Pemikiran dasar teori labeling ini memang yang biasa terjadi, ketika
>kita sudah melabel seseorang, kita cenderung memperlakukan seseorang
>sesuai dengan label yang kita berikan.
Misalnya, seorang anak yang
>diberi label bodoh cenderung tidak diberikan tugas-tugas yang
>menantang dan punya tingkat kesulitan di atas kemampuannya karena
>kita berpikir "ah dia pasti tidak bisa
kan dia bodoh, percuma saja
>menyuruh dia". Karena anak tersebut tidak dipacu akhirnya
>kemampuannya tidak berkembang lebih baik.
Kemampuannya yang tidak
>berkembang akan menguatkan pendapat/label orangtua bahwa si anak
>bodoh. Lalu orangtua semakin tidak memicu anak untuk berusaha yang
>terbaik, lalu anak akan semakin bodoh. Anak yang diberi label negatif
>dan mengiyakan label tersebut bagi dirinya, cenderung bertindak
>sesuai dengan label yang melekat padanya.
Dengan ia bertindak sesuai
>labelnya, orang akan memperlakukan dia juga sesuai labelnya. Hal ini
>menjadi siklus melingkar yang berulang-ulang dan semakin saling
>menguatkan terus-menerus.

>
>Dalam buku Raising A Happy Child, banyak ahli yang setuju, bahwa
>bagaimana seseorang memandang dan merasakan dirinya sendiri akan
>menjadi dasar orang tersebut beradaptasi sepanjang hidupnya. Anak
>yang memandang dirinya baik akan mendekati orang lain dengan rasa
>percaya dan memandang dunia sebagai tempat yang aman, dan kebutuhan-
>kebutuhannya akan terpenuhi. Sementara anak yang merasa dirinya tidak
>berharga, tidak dicintai akan cenderung memilih jalan yang mudah,
>tidak berani mengambil resiko dan tetap saja tidak berprestasi.
>
>Bagi banyak orang (termasuk anak-anak) pengalaman mendapatkan label
>tertentu (terutama yang negatif) memicu pemikiran bahwa dirinya
>ditolak.
Pemikiran bahwa dirinya ditolak dan kemudian dibarengi oleh
>penolakan yang sesungguhnya, dapat menghancurkan kemampuan
>berinteraksi, mengurangi rasa harga diri, dan berpengaruh negatif
>terhadap kinerja seseorang dalam kehidupan sosial dan kehidupan
>kerjanya.

>
>Saran Bagi Orangtua
>
>Adalah penting bagi anak untuk merasa bahwa dirinya berharga dan
>dicintai.
Perasaan ini diketemukan olehnya lewat respon orang-orang
>sekitarnya, terutama orang terdekat yaitu orangtua.
Kalau respon
>orangtua positif tentunya tidak perlu dicemaskan akibatnya.
Tetapi,
>adakalanya sebagai orangtua, tidak dapat menahan diri sehingga
>memberikan respon-respon negatif seputar perilaku anak.
Walaupun
>sesungguhnya orangtua tidak bermaksud buruk dengan respon-responnya,
>namun tanpa disadari hal-hal yang dikatakan orangtua dan bagaimana
>orangtua bertindak, masuk dalam hati dan pikiran seorang anak dan
>berpengaruh dalam kehidupannya.

>
>Beberapa saran bagi orangtua:
>
>1.
Berespon secara spesifik terhadap perilaku anak, dan bukan
>kepribadiannya.
Kalau anak bertindak sesuatu yang tidak berkenan di
>hati, jangan berespon dengan memberikan label, karena melabel berarti
>menunjuk pada kepribadian anak, seperti sesuatu yang terberi dan
>tidak bisa lagi diperbaiki.
Contoh: Kalau anak tidak berani
>menghadapi orang baru, jangan katakan "Aduh kamu pemalu sekali",
>atau "Jangan penakut begitu dong Nak", tetapi beresponlah "Tidak
>kenal ya dengan tante ini, jadi tidak mau menyapa. Kalau besok ketemu
>lagi, mau ya menyapa,
kan sudah pernah kenalan". Kalau anak nakal
>(naughty), jangan katakan bahwa dia nakal tapi katakan bahwa
>perilakunya salah (misbehave). Anak-anak sering berperilaku salah,
>selain karena mereka memang belum mengetahui semua hal yang baik-
>buruk; benar-salah; boleh-tidak boleh, mereka juga suka menguji batas-
>batas dari orangtuanya.
Misalnya, kakak merebut mainan adik,
>katakan "Kakak, merebut mainan orang lain itu salah, tidak boleh
>begitu. Kalau main sama adik gantian ya" (dan bukan
>mengatakan "Kakaaaaak, nakal sekali sih merebut mainan adiknya").
>Dengan demikian tidak ada pesan negatif yang masuk dalam pikiran
>anak, dan bahkan anak didorong untuk mau bertindak benar di waktu
>berikutnya.
>
>2.
Gunakan label untuk kepentingan pribadi orangtua. Sebenarnya
>melabel tidak selamanya buruk, asalkan label tersebut digunakan
>orangtua untuk dirinya sendiri, agar lebih memahami dinamika perilaku
>anak.
Misalnya, "Anakku A lebih bodoh daripada anakku B". Tapi label
>tersebut tidak dikatakan di depan anak, "A kamu itu kok lebih bodoh
>ya daripada adikmu si B". Dengan mengetahui dinamika anak lewat
>label yang ada dalam pikiran orangtua sendiri, hendaknya orangtua
>menggunakan label tersebut untuk menyusun strategi selanjutnya, agar
>kekurangan anak diperbaiki.
Misalnya, setelah mengetahui A lebih
>bodoh daripada B, maka orangtua memberikan lebih banyak waktu untuk
>mengajarkan sesuatu dan mempersiapkan diri untuk lebih sabar jika
>menghadapi A.
>
>3.
Menarik diri sementara jika sudah tidak sabar. Adakalanya
>orangtua sudah tidak sabar dan inginnya melabel anak,
>misalnya "Heeeeh kamu goblok banget sih, 1 + 1 saja tidak bisa-bisa".

>Jika kesabaran sudah diambang batas, sebelum kata-kata negatif
>keluar, ada baiknya orangtua menarik diri sementara dari anak, time
>off. Katakan pada anak, "Papa sudah lelah, mungkin kamu juga sudah
>lelah.
Kita istirahat dulu, nanti belajar lagi sama-sama. Siapa tahu
>setelah istirahat kita berdua lebih berkonsentrasi dan semangat
>belajar".

>
>Bagaimana cara orangtua berbicara dan menanggapi kekurangan-
>kekurangan anak akan sangat berpengaruh bagi anak sepanjang hidupnya.
>Oleh karena itu orangtua harus sangat berahti-hati dan
>mempertimbangkan secara matang apa yang akan diucapkan kepada
>anaknya. Mulutmu harimaumu, begitulah kata pepatah, yang dalam hal
>ini mulut orangtua bisa menjadi harimau bagi anak.
Penting sekali
>orangtua selalu berkata-kata positif tentang anak, agar anak jadi
>berpikir positif tentang dirinya dan bertumbuh dengan harga diri yang
>tinggi dan perasaan dicintai dan diterima.(jp)
>
> _____________________________
>
>




_________________________________________________________________
Send and receive Hotmail on your mobile device: http://mobile.msn.com


------------------------ Yahoo! Groups Sponsor ---------------------~-->
Save on REALTOR Fees
http://us.click.yahoo.com/Xw80LD/h1ZEAA/Ey.GAA/pCOolB/TM
---------------------------------------------------------------------~->

-----
"Demi masa.
Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian,
kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal
saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran
dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran."
(QS Al-Asr(103):1-3)


Your use of Yahoo! Groups is subject to http://docs.yahoo.com/info/terms/



.