**Pendelegasian**.

Jika kita mendelegasikan kepada waktu, kita berpikir efisiensi. Jika
kita mendelegasikan kepada orang, kita berpikir keefektifan.


Banyak orang menolak untuk mendelegasikan kepada orang lain karena
mereka merasa pendelegasian membutuhkan terlalu banyak waktu dan
tenaga dan mereka dapat melakukan sendiri pekerjaan dengan lebih
baik. Akan tetapi pendelegasian yang efektif kepada orang lain
barangkali merupakan satu-satunya aktivitas yang paling berpengaruh
dan berdaya tinggi.

**Dua Macam Pendelegasian**

 



Pada dasarnya ada dua jenis pendelegasian : "pendelegasian suruhan"
dan "pendelegasian pengurusan."

 

1.Pendelegasian Suruhan

Pendelegasian suruhan berarti : "kejar ini, kejar itu, kerjakan ini,
kerjakan itu, dan beritahu saya ketika sudah selesai."

=====

Contoh Kasus (Stephen R. Covey)

Saya pernah terlibat di dalam pendelegasian suruhan ketika kelaurga
kami bermain ski air. Putra saya, yang sangat ahli bermain ski,
berada di atas air sedang ditarik sementara saya mengemudikan kapal.

Saya menyerahkan kamera kepada Sandra dan memintanya memotret.

Pada mulanya, saya menyuruhnya untuk selektif dalam memotret karena
sisa film kami tinggal sedikit.
Lalu saya sadar istri saya belum
akrab dengan kamera tersebut sehingga saya memberitahunya secara
lebih spesifik.
Saya memintanya untuk menunggu hingga matahari ada di
depan
kapal dan hingga anak kami sedang melompati jalur ombak atau
sedang berputar.

Akan tetapi semakin saya berpikir tentang terbatasnya jumlah film
kami dan kurangnya pemahaman istri saya dengan kamera itu, semakin
khawatir saya jadinya.
Akhirnya saya berkata, "Begini saja, Sandra,
cukup tekan tombolnya waktu saya suruh.
Oke ?" Dan saya menghabiskan
beberapa menit berikutnya dengan berteriak, "Ambil !!!
EAmbil !!!
Jangan !!---Jangan !!" Saya khawatir jika saya tidak mengarahkan
setiap gerakannya setiap detik, pemotretan itu tidak dikerjakan
dengan benar.


==========

Di atas adalah model pendelegasian suruhan, metode pengawasan satu
lawan satu. Banyak orang melakukan pendelegasian seperti ini secara
konsisten.
Akan tetapi berapa banyak yang sebenarnya dicapai dengan
cara ini ? Dan berapa banyak orang yang dapat Anda awasi atau
memanajemeni jika Anda harus terlibat di dalam setiap langkah
mereka ?

 

================

 

2. Pendelegasian Pengurusan

Pendelegasian pengurusan memerlukan pengertian timbal balik, yang
jelas dan terbuka, dan komitmen yang berhubungan dengan harapan dalam
lima bidang :

Hasil yang diinginkan : Ciptakan pengertian timbal balik yang jelas
tentang apa yang perlu dicapai, dengan berfokus pada apa, bukan
bagaimana; hasil, bukan metode. Manfaatkan waktu. Sabarlah.
Visualisasikan hasil yang diinginkan.

Patokan : Identifikasikanlah batasan-batasan di mana seseorang bisa
mengenali jalan yang dapat membuatnya gagal atau sukses di dalam
menunaikan tanggung jawabnya. Jangan sekali-kali mengatakan apa-apa
yang harus dikerjakan.


Sumber Daya : Identifikasikanlah sumber daya delegasi Anda :
keuangan, teknis, waktu.

Tanggung Jawab : Susunlah standar prestasi yang akan digunakan
untuk mengevalusai hasil dalam waktu spesifik.

Konsekuensi : Tetapkan apa yang akan terjadi, yang baik maupun
yang buruk, sebagai hasil evaluasi. Ini dapat meliputi imbalan
keuangan, imbalan psikis, dan semacamnya.
Capailah kesepakan bersama
akan konsekuensi ini.

Contoh Kasus (Stephen R. Covey)

Beberapa tahun yang lalu, saya memperoleh pengalaman yang menarik
dalam pendelegasian dengan salah seorang putra saya. Kami sedang
mengadakan rapat kelaurga, dan kemai menggantungkan pernyataan misi
kami di dinding untuk memastikan rencana kami selaras dengan nilai-
nilai kami.
Semua ada di
sana.

Saya memasang papan tulis besar dan kami menuliskan tujuan-tujuan
kami
Ehal-hal pokok yang kami ingin kerjakan Edan tugas-tugas yang
mengalir dari tujuan-tujuan tersebut.

Putra saya yang berusia tujuh tahun, Stephen, mengajukan diri secara
sukarela untuk mengurus pekarangan.
Sebelum saya benar-benar
memberinya pekerjaan tersebut, saya memulai sebuah proses pelatihan
yang menyeluruh. Saya ingin dia mempunyai gambaran yang jelas di
dalam benaknya tentang bagaimana penampilan pekarangan yang diurus
dengan baik.
Saya pun mengajaknya ke tetangga sebelah rumah untuk
melihat pekarangannya.


"Lihat Nak," saya berkata. "Lihat bagaimana pekarangan tetangga
kita hijau dan bersih ? Itulah yang kita inginkan : HIJAU dan BERSIH.
Sekarang mari kita lihat pekarangan kita. Lihat warnanya campur
aduk ? Bukan itu; itu tidak hijau. Hijau dan bersih, itulah yang kita
inginkan.
Nah bagaimana kamu menjadikan pekarangan kita hijau
terserah kepadamu.
Kamu bebas mengerjakannya sesukamu, kecuali dengan
mengecatnya.
Tapi, Ayah akan beritahu bagaimana Ayah akan
mengerjakannya kalau terserah Ayah."

"
Bagaimana caranya Ayah ?"

"Ayah akan menyalakan alat pemercik. Tapi kamu mungkin mau
menggunakan ember atau selang.
Tidak jadi soal bagi Ayah. Yang kita
perdulikan hanyalah pekarangan ini hijau."

"Oke."

"Nah, sekarang kita bicara soal bersih.
Bersih berarti tidak ada
sampah yang bertebaran
Etidak ada kertas, tali, tulang, potongan
kayu atau apa saja yang mengotori pekarangan kita. Ayah akan katakan
apa yang akan kita kerjakan. Mari kita bersihkan hanya separuh
pekarangan dan lihat perbedaannya."


Lalu kami mengeluarkan dua buah kantung kertas dan memungut sampah di
seluruh pekarangan.
"Sekarang lihat sisi ini. Lihat sisi yang
sana.
Lihat perbedaannya ? Itulah yang disebut bersih."

"Tunggu !"
Ia berseru. "Aku lihat ada kertas di balik semak itu !"
"Astaga ! Ayah tidak melihat kertas koran di belakang
sana. Matamu
tajam, Nak."
"
Sekarang sebelum kamu memutuskan untuk menerima pekerjaan itu atau
tidak, Ayah akan menyampaikan beberapa hal lagi. Karena kalau kamu
menerima pekerjaan itu, Ayah tidak mau mengerjakannya lagi. Itu
tugasmu.
Itu disebut pengurusan. Pengurusan berarti "pekerjaan
dengan kepercayaan."
Ayah mempercayaimu untuk melakukan pekerjaan
itu, untuk menyelesaikannya. Sekarang siapa yang akan menjadi
bosmu ?"
"Ayah ?"
"Bukan, bukan Ayah. Kamulah bosnya. Kamulah yang menjadi bos untuk
dirimu sendiri.
Kamu suka kalau Ayah dan Ibu selalu mengomelimu ?"
"Tidak."
"Kami juga tidak suka berbuat begitu.
Kadang hal itu menimbulkan
perasaan tidak enak, bukan ? Jadi, kamu menjadi bos untuk dirimu
sendiri.
Sekarang, terka siapa yang menjadi pembantumu."
"Siapa ?
"
"Ayah," saya menjawab, "Kamu menjadi bos Ayah."
"Aku ?
"
"Benar. Tapi, waktu Ayah untuk membantumu terbatas. Kadang Ayah
harus pergi. Tapi sewaktu Ayah ada di sini, katakan saja bagaimana
Ayah bisa membantu. Ayah akan mengerjakan apa saja yang kamu ingin
agar Ayah kerjakan."
"Baiklah !"
"Nah, siapa yang menjadi penilaimu ?"
"Siapa ?"
"Kamu menilai dirimu sendiri."
"Aku ?
"
"Benar. Dua kali seminggu kita berdua akan berjalan berkeliling
pekarangan, dan kamu dapat memperlihatkan bagaimana perkembangannya.
Bagaimana kamu akan menilainya ?"
"Hijau dan Bersih."
"Benar !
"

Saya melatihnya dengan dua kata itu selama dua minggu sebelum saya
merasa ia siap untuk mengambil alih pekerjaan tersebut. Akhirnya,
hari besar itu datang.


"Setuju Nak ?"
"Setuju."
"
Apa tugasnya ?"
"Hijau dan bersih."
"
Apa yang hijau ?"
Ia memandang pekarangan kami, yang mulai terlihat lebih baik. Lalu ia
menunjuk ke pekarangan rumah sebelah.

"Warna pekarangannya."
"
Apa yang bersih ?"
"Tidak ada sampah yang berantakan."
"
Siapa bosnya ?"
"Ayah, jika Ayah sempat."
"Siapa penilainya ?"
"Aku sendiri. Kita akan berjalan dua kali seminggu dan aku dapat
memperlihatkan bagaimana keadaannya."
"
Dan apa yang akan kita capai ?"
"Hijau dan bersih."

Dua minggu dan dua patah kata. Saya kira ia sudah siap.
Saat itu hari Sabtu. Dan ia tidak berbuat apa-apa. Minggu
Etetap
tidak ada apa-apa. Senin.. tidak ada apa-apa. Ketika saya keluar dari
jalan di pekarangan untuk bekerja pada hari Selasa, saya melihat
pekarangan yang kuning dan kotor dan merasakan sinar matahari bulan
Juli yang panas.
"Pasti ia akan mengerjakannya hari ini," pikir
saya.
Saya dapat merasionalisasikan hari Sabtu karena hari itulah hai
kami membuat kesepakatan.
Saya dapat merasionalisasikan hari Minggu;
hari Minggu adalah untuk hal-hal lain. Tetapi saya tidak dapat
merasionalisasikan hari Senin.
Dan sekarang hari Selasa. Pasti ia
akan mengerjakannya hari ini. Sekarang musim panas. Apa lagi yang
harus ia kerjakan ?

Sepanjang hari saya hampir tidak sabar menunggu untuk kembali ke
rumah untuk melihat apa yang terjadi. Ketika menikung, saya bertemu
dengan gambar yang sama seperti yang saya tinggalkan pagi ini. Dan di
sana putra saya sedang bermain di taman di seberang jalan.

Ini tidak dapat diterima. Saya marah dan kecewa dengan prestasinya
sesudah dua minggu berlatih dan semua komitmen itu.
Kami sudah
menginventasikan banyak tenaga, kebanggaan, dan uang untuk pekerangan
tersebut dan saya tidak dapat melihat semuanya itu sia-sia.
Selain
itu, pekarangan tetangga saya terawat indah, dan situasinya mulai
membuat malu.


Saya siap untuk kembali ke pendelegasian suruhan. Nak, kau pergi ke
sana dan punguti sampah sekarang juga. Awas kalau tidak ! Saya tahu
saya akan mendapatkan telur emas dengan cara itu. Akan tetapi
bagaimana dengan angsanya ? Apa yang akan terjadi dengan komitmen
internalnya ?
–[penjelasan tentang kisah angsa bertelur emas ada di
bagian akhir]---.

Jadi saya tersenyum pura-pura dan berteriak ke seberang jalan, "Hai
Nak.
Bagaimana keadaannya ?"
"Baik !" Ia balas berteriak.
"Bagaimana dengan pekarangannya ?" Saya langsung tahu ketika
mengatakan hal itu bahwa saya sudah melanggar kesepakatan kami.
Bukan
begitu cara yang kami tetapkan untuk pelaporan. Bukan itu cara yang
kami sepakati.

Ia pun merasa dibenarkan untuk melanggarnya pula.

"Baik, Yah !"

Saya menggigit lidah dan menunggu hingga selesai makan malam. Lalu
saya berkata, "Nah, mari kita lakukan seperti yang sudah kita
sepakati.
Mari kita berjalan-jalan di pekarangan bersama dan kamu
dapat memperlihatkan bagaimana tanggung jawabmu."


Ketika kami mulai melangkah keluar pintu, dagunya mulai gemetar. Air
mata mengembang di matanya dan, ketika kami tiba di tengah
pekarangan, ia merengek.
"
Susah sekali, Yah !"
Apa yang susah sekali ? Saya berpikir sendiri. Kamu belum berbuat
apapun sama sekali ! Namun, saya tahu apa yang sulit
Emanajemen
diri, pengawasan diri. Saya pun mulai berkata, "
Ada yang bisa Ayah
bantu ?"
"Ayah mau ?" ia terisak.
"Apa kesepakatan kita ?"
"Kata Ayah, Ayah mau kalau Ayah sempat."
"Ayah sempat sekarang."
Ia pun berlari ke dalam rumah dan kembali dengan dua buah kantung. Ia
menyerahkan yang satu kepada saya.
"Tolong ambil itu, Ayah." Ia menunjuk ke sampah dari acara makan
daging panggang pada hari Sabtu malam. "Itu membuatku mual !"
Saya juga merasa begitu. Saya mengerjakan persis apa yang ia minta
agar saya kerjakan. Dan saat itulah ia menandatangani perjanjian
tersebut di dalam hatinya. Ini menjadi pekarangannya, tanggung
jawabnya.


Ia hanya meminta bantuan dua atau tiga kali selama musim panas itu.
Ia mengurus pekarangan itu. Ia menjadikannya lebih hijau dan lebih
bersih dibandingkan sebelumnya di bawah tanggung jawab kepengurusan
saya. Ia bahkan memarahi kakak dan adiknya kalau mereka meninggalkan
terlalu banyak bungkus permen karet di atas rumput.

Kepercayaan adalah bentuk tertinggi dari motivasi manusia.
Kepercayaan menghasilkan yang terbaik dalam diri manusia. Akan tetapi
dibutuhkan waktu dan kesabaran, dan tidak mengesampingkan kebutuhan
untuk melatih dan mengembangkan orang sehingga kecakapan mereka dapat
meningkat ke tingkat kepercayaan itu.