Ringkasan Kebiasaan 1 : Jadilah Proaktif
"Siapa kita ?"
Sebagian orang beranggapan bahwa pada dasarnya "kepribadian" setiap
orang telah dibentuk, bukan dari "kekuasaannya" sendiri dalam
memilih "warna" pribadinya. Ia "telah dibentuk" oleh cara orang
tuanya membesarkannya, atau dari adat
di sukunya, atau dari kondisi
lingkungan di mana saat itu
ia berada.
bahwa pertanyaan di atas dapat
dijawab dengan mendengarkan pihak
eksternal daripada mendengar dari yang bersangkutan, bagaimana
lingkungan berbicara tentangnya.
Pada kenyataannya, orang-orang yang memiliki nama besar justru
membuktikan bahwa sebenarnya setiap manusia mempunyai kebebasan
sejati untuk menentukan jawaban "siapa diri"-nya. Tidak bergantung
pada sikap orang kepadanya, juga kondisi lingkungannya.
Karena setiap
orang memiliki kebebasan ini, maka setiap orang
juga bertanggung
jawab penuh atas kehidupannya sendiri. Inilah arti proaktivitas.
Tidak "menyerahkan"
diri pada faktor eksternal untuk mengendalikan
hidup kita. Kebalikannya adalah reaktif : menyalahkan keadaan,
mencari kambing hitam atas kelemahan
dan ketidakmampuan diri. Di
antara stimulus (keadaan, lingkungan, orang-orang) dan respons, kita
memiliki kebebasan untuk memilih. Karena sebenarnya, bukan apa yang
orang lain perbuat atau bahkan bukan
pula kesalahan kita sendiri yang
paling melukai kita, melainkan respons kita terhadap hal-hal
itu. Tak
ada yang dapat menyakiti kita tanpa kita menyetujuinya.
Proaktif tidak sekedar berarti biasa mengambil inisiatif. Tetapi
selain berinisiatif, juga memahami dengan
jeli permasalahan yang
dihadapinya dengan kaca mata nilai
yang akurat, dan tidak semata
mengikuti perasaan. Orang proaktif dapat meletakkan perasaan setelah
nilai. Orang proaktif memahami dengan baik kekuatan
dan kelemahan di
dalam dan di luar dirinya,
dan ia dapat
menjadi manajer yang baik
terhadap hal-hal tersebut untuk kemajuan dirinya.
Hal ini karena sifat dasar manusia
yang sebenarnya adalah bertindak,
bukan menjadi dasar tindakan. Meskipun, tidak berarti kita menjadi
agresif dan menjengkelkan. Karena proaktif tidak berarti meletakkan
tanggung jawab di tangan kita
untuk membuat segalanya terjadi.
Apakah kita orang yang proaktif atau reaktif ? Bahasa kita adalah
indikator yang sangat riil mengenai tingkat
di mana kita
memandang
diri kita sebagai orang yang proaktif. Seberapa seringkah kita
mengatakan, "Saya harus," "Memang begitulah saya",
"SeandainyaE. Sebaliknya,
seberapa sering pulakah kita
mengatakan, "Saya memilih,", "Saya dapat", "Saya akan,"E
Kelompok pertama adalah bahasa reaktif,
dan yang kedua adalah bahasa
proaktif.
Orang reaktif banyak menggunakan kalimat "sendainya mempunyai" :
"seandainya saya mempunyai rumah yamg sudah lunas,
saya tentu
bahagia," "Seandainya
saya mempunyai suami yang lebih sabar, tentu
hidup saya lebih menyenangkan," dan sejenisnya. Sedangkan orang
proaktif akan menggunakan kalimat "Menjadi" atau "Akan menjadi" :
"Saya dapat menjadi lebih sabar,"
"Saya dapat belajar dan
berusaha", "saya akan menjadi orang
yang bisa mendengar dan
memahami."
Di dalam diri setiap manusia,
ada banyak hal yang manusiawai untuk
dikhawatirkan : kesehatan, anak-anak, karir, utang negara. Kita
menyebutnya Lingkaran Kekhawatiran. Saat kita menengok ke
dalam
lingkaran kekhawatiran kita, maka kita
dapat melihat bahwa di dalam
lingkaran tersebut ada hal-hal yang dapat kita lakukan
terhadapnya.
Kita memasukkannya ke dalam "Lingkaran Pengaruh." Orang proaktif
memusatkan energinya untuk bekerja pada
lingkaran pengaruh, sehingga
menghasilkan energi yang memperbesar lingkaran pengaruhnya dan
memperkecil lingkaran kekhawatirannya. Artinya, ia bekerja terus
pada
hal-hal yang dapat diusahakannya dan tidak berlama-lama/menghabiskan
banyak energi dalam kekhawatirannya. Sebaliknya, orang reaktif akan
memusatkan energinya pada lingkaran kekhawatiran sehingga
menghasilkan energi negatif yang memperkecil lingkaran pengaruh
mereka.
Menurut kendalinya, masalah dapat dikelompokkan
dalam 3 area :
masalah yang melibatkan perilaku kita sendiri
(kendali langsung),
masalah yang meibatkan perilaku orang lain (kendali tak langsung)
dan
masalah yang kita tidak dapat berbuat
sesuatu terhadapnya, seperti
masa lalu atau realitas situasi
(tanpa kendali). Masalah kendali
langsung dipecahkan dengan memperbaiki kebiasaan kita –kemenangan
pribadi-- . Masalah kendali tak langsung
dipecahkan dengan mengubah
metode pengaruh kita –kemenangan publik.
Masalah tanpa kendali
memerlukan sikap lapang dada, dan belajar hidup bersamanya
serta
mengambil pelajaran darinya.
Sesuatu yang patut kita renungkan dalam-dalam adalah konsekuensi.
Kita memiliki kebebasan untuk bertindak, tetapi kita tidak
memiliki
kebebasan memilih konsekuensi tindakan kita. Tindakan dan konsekuensi
adalah dua ujung yang berada pada satu tongkat
yang sama. Saat kita
mengangkat satu ujung, ujung lain pun ikut terangkat. Dengan kata
lain, bagaimana keadaan kita hari ini
adalah akibat dari keputusan
kita kemarin. Kadang-kadang kita menyadari bahwa kemarin kita telah
mengangkat tongkat yang salah. Sikap proaktif
terhadap kesalahan
adalah segera mengakuinya dengan sportif, kemudian belajar darinya.
Bagian paling inti dari proaktivitas kita adalah kemampuan
kita untuk
membuat komitmen dan memenuhinya. Cobalah dalam tiga
puluh hari untuk
mengenali diri Anda, dengarkan bahasa Anda dan
orang di sekitar Anda.
Buatlah komitmen kecil dan lihatlah
bagaimana Anda memenuhinya.