Taken from Suara Hidayatullah

Hai, Para Muslimah, Berkaryalah!

Setiap orang selalu diberi kelebihan oleh Allah. Mengapa tidak digali dan dikembangkan?

Tak ada orang menyangka, Bu Atik bisa mengembangkan usahanya berjualan ikan presto dengan cepat. Padahal usaha itu hanya berawal dari iseng-iseng berjualan satu-dua kilo bandeng yang dimasak dengan sebuah panci presto peninggalan ibunya yang sudah berusia cukup tua. Rupanya tetangga kiri kanan cukup menyukai masakan Bu Atik, hingga berkembanglah cerita dari mulut ke mulut tentang keahliannya ini. Tak sampai tiga bulan kemudian, sudah ada dua orang pemilik gerobak ikan yang setiap harinya mengambil bandeng presto Bu Atik untuk diedarkan keliling desa hingga ke kota.

Begitu pula dengan kisah Bu Imas dengan donatnya. Bermula dari keinginan menambah uang saku sekolah ketiga anaknya, Bu Imas membuat donat untuk dititipkan di tiga buah warung yang ada di kampungnya. Ternyata permintaan terus bertambah, dan tetangga pun mulai suka memesan donatnya untuk berbagai acara besar. Dan kini, Bu Imas telah cukup dikenal di daerahnya dengan mengusung nama usaha catering 'NIKMAT'.

Apa yang dialami Bu Atik dan Bu Imas, adalah sedikit contoh dari sekian banyak sukses kaum ibu yang bermula hanya dari sebuah potensi kecil yang dikembangkan secara tak sengaja. Dan sesungguhnya, pada diri tiap manusia, tiap ibu dan tiap muslimah, tersimpan potensi dan kelebihannya masing-masing, yang satu waktu kelak mungkin bisa berkembang menjadi sebuah karya besar!

Potensi diri kaum muslimah, memang umumnya lebih banyak terpendam dan terkubur dalam-dalam. Kesibukan mengurus rumah tangga dan anak, telah menghabiskan waktu, tenaga dan pikirannya. Dan masih banyak yang belum menyadari, bahwa pengembangkan potensi diri muslimah, sesungguhnya bukanlah sekedar hak, melainkan sebuah kebutuhan!

Kebutuhan Aktualisasi Diri

Setiap orang memiliki kebutuhan aktualisasi diri. Yaitu sebuah kebutuhan untuk menunjukkan potensi diri, sehingga mendapatkan pengakuan positif dari masyarakat di sekelilingnya. Pada akhirnya pengakuan dari masyarakat ini akan menumbuhkan rasa percaya diri, sehingga mampu mencitrakan dirinya dengan positif.

Contohnya dapat kita lihat pada kisah ibu yang menjahit sendiri baju untuk suami dan anak-anaknya, misalnya. Senyum dari suami, ucapan terima kasih serta kebanggaan suami ketika mengenakan baju buatan istrinya itu, adalah sebuah ungkapan pengakuan positif terhadap karya ibu. Begitu pula ketika anak-anak berebut untuk mengenakan baju buatan ibunya, dan ketika mereka dengan bangga menunjukkan baju tersebut kepada teman-temannya, semua itu merupakan pengakuan positif yang tak terhingga nilainya bagi pribadi ibu. Ibu merasa dirinya telah diterima dengan bangga oleh lingkungan terdekatnya, yaitu keluarga. Berarti, kebutuhan aktualisasi diri ibu telah terpenuhi di tahapan paling dasar.

Citra diri positif sang ibu akan semakin kuat terbentuk, manakala aktualisasi dirinya semakin berkembang kualitasnya. Bukan hanya diterima dan dibanggakan oleh keluarganya saja, tetapi juga mendapatkan pengakuan positif dari tetangga dan teman-teman. Tentu saja ini harus diraih dengan menunjukkan sebuah karya pula.

Bu Atik dengan bandengnya dan Bu Imas dengan donatnya, telah berhasil memperoleh pengakuan positif dari masyarakat sekitar, sehingga terpenuhilah aktualisasi dirinya dalam tahapan yang lebih luas. Rasa percaya diri pun akan semakin besar, citra diri pun kian positif saja.

Pribadi yang telah memiliki citra diri positif, selanjutnya akan mudah mengembangkan sebuah kepribadian mulia dalam dirinya. Jika beroleh kebaikan mereka pandai bersyukur, tak sombong dan tak melupakan orang lain, sementara jika beroleh musibah pun mereka mudah untuk ikhlas, cepat memaafkan, dan tak suka mencari-cari kesalahan orang. Pendeknya, hanya mereka yang memiliki citra diri positiflah yang mudah membentuk karakter akhlaq Islami dalam dirinya.

Sebaliknya, mereka yang tak pernah mengembangkan potensi dirinya, sehingga tak sempat menghasilkan sebuah karya, walau hanya untuk suami dan anak, sulit untuk membentuk citra diri positif. Mereka merasa dirinya tak sedemikian berguna untuk orang lain, tak memiliki sesuatu yang patut dibanggakan. Keberadaan serta ketiadaan dirinya seperti tak banyak bedanya buat lingkungan.

Lebih buruk lagi jika sampai terpatri citra diri negatif, yang kerap ditandai gejala adanya perasaan minder, iri pada keberhasilan orang lain, hingga kegemaran membuang waktu hanya untuk bersantai-santai dan bersenang-senang semata.

Berkarya dan Berkarya

Aktualisasi diri akan bisa terpenuhi dengan cara mengkaryakan sesuatu. Manakala hasil karya ibu tersebut dipergunakan oleh orang lain, secara otomatis hal itu sama artinya dengan ungkapan pengakuan dari orang tersebut, dan dari lingkungan, terhadap potensi diri ibu.

Karya itu pun tak perlu terlalu muluk-muluk. Pada tahapan awal, sekedar memasakkan sarapan, mencucikan baju dan merawat kebersihan rumah pun sudah bisa dianggap sebuah karya. Dan jika suami pandai memuji dan mensyukuri jerih payah ibu tersebut, itu adalah sebuah langkah awal yang baik untuk upaya peningkatan rasa percaya diri ibu.

Tentu saja, tak cukup hanya itu. Kaum ibu harus memulai untuk peka terhadap potensi diri sendiri. Potensi itu jangan dikubur, tetapi harus dikembangkan. Dan tahukah ibu, Allah menciptakan setiap manusia dengan kelebihannya masing-masing?

Aisyah ra, istri Rasulullah, memiliki potensi kecerdasan yang hebat, sehingga beliau memilih untuk terus belajar dan belajar dari suaminya, hingga akhirnya beliau menjadi salah seorang perawi ratusan hadis yang sekaligus menjadi guru bagi banyak ulama.

Istri Rasulullah yang lain, Hafshah binti Umar, memilih untuk belajar menulis indah dan Rasulullah pun memanggilkan guru khusus untuknya. Sementara Zainab binti Jahsy, memilih untuk mengerjakan ketrampilan yang ia kuasai, yaitu menyamak dan menjahit kulit. Dengan ketrampilannya itu ia bisa memperoleh uang sendiri untuk ia sedekahkan kepada fakir miskin. Mungkin seperti Bu Atik dan Bu Imas, Anda juga suka memasak. Kembangkan kegemaran ibu ini untuk mencoba dan mencoba, belajar dan belajar. Hingga ibu menemukan satu spesifikasi yang paling tepat untuk diri ibu. Sekedar ahli membuat botok, pepes ikan, atau tempe goreng pun Anda bisa kembangkan. Bahkan sekedar ahli membuat bumbu juga tak mengapa.

Atau Anda punya keahlian bidang menjahit? Sekarang banyak toko yang menjual kain kiloan, sisa pabrik kain, dengan harga relatif murah. Mengapa tidak memanfaatkannya untuk membuat baju anak-anak, atau baju dan selimut bayi? Bahkan sprei, taplak atau sekedar sarung bantal pun tak mengapa.

Masih banyak karya lain yang bisa diperbuat. Anda bisa manfaatkan karya-karya tersebut untuk menambah ekonomi keluarga, atau untuk kegiatan sosial. Ada beberapa ide karya sederhana yang bisa dilakukan kaum ibu, dan selebihnya anda bisa menuangkan puluhan ide Anda sendiri. Selamat Mencoba Ira

Mulailah dari yang Sederhana

Beberapa ide di bawah ini barangkali bisa membantu Anda untuk memulai berkarya:

  • Kumpulkan tumpukan majalah yang ada, buat bendel khusus resep masakan, bendel mode, hingga tips kesehatan. Jilid dan beri sampul yang rapi, dan anda bisa membawanya ke berbaagi pertemuan ibu-ibu untuk dipinjamkan, atau disewakan!
  • Buat jadwal perencanaan membuat makanan keciil untuk kegiatan sosial, sepekan sekali, misalnya. Buat pula rencana kemana makanan kecil itu akan Anda kirimkan. Pekan pertama dikirim ke tetangga kiri, pekan kedua ke tetangga kanan, pekan berikutnya untuk guru-guru di sekolah anak-anak, pekan berikutnya untuk acara pengajian. Petugas kebersihan kampung dan satpam pun bisa giliran berikutnya.
  • Pekarangan Anda telah dipenuhi beragam tanaman cantik yang terawat baik. Sekarang, belilah puluhan pot-pot mungil. Semaikan di sana bibit dari jenis-jenis tanaman yang banyak disukai atau yang langka. Kelak, Anda bisa bagi-bagikan tanaman-tanaman mungil itu untuk tetangga.
  • Anda punya kain sisa baju yang bermotif cantik? Potonglah bujur sangkar, beri lim tepinya, jadilah ia saputangan mungil. Anak Anda akan bangga ketika membagi-bagikannya kepada teman-teman sekolah.
  • Jika suka membuat puisi, milikilah buku khusus yang bisa ibu tulis lembar demi lembarnya dengan puisi karya ibu. Beri hiasan yang cantik, dan biarkan anak-anak ibu membawanya untuk ditunjukkan kepada guru dan teman-temannya. Lebih baik lagi jika anak pun menjadi termotivasi untuk ikut mengisi beberapa lembar puisi di dalamnya.
  • Petik bunga-bunga yang ada di halaman, rangkai di dalam vas mungil dan kirim beserta ucapan selamat pagi ke tetangga yang paling akrab dengan Anda.
  • Bagaimana jika membuat boneka-boneka mungil? Bagus pula. Dibuat dDari kain, kaus kaki atau bahkan sekedar dari kertas. Bagi-bagikan kepada anak tetangga atau teman anak di sekolah.(Ira)