Al-eaqidatus-Shahihah
-keyakinan yang selamat-
gOrang
sering mendapatkan diri mere-ka mencapai kemenangan hampa, keber-hasilan yang diperoleh dengan mengor-bankan hal-hal yang tiba-tiba mereka sadari jauh
lebih berharga bagi mereka.h demikian
Stephen R. Covey menulis dalam
gTujuh Kebiasaan Manusia yang sangat Efektifh.
14 abad
yang lalu Allah SWT berfirman
yang semakna
dengan uraian di atas :
gYaitu
orang-orang yang telah sia-sia perbuatannya dalam kehidupan dunia ini, sedang
mereka menyangka bahwa mereka telah
berbuat sebaik-baiknya.h
Tak
seorangpun ingin mengalami apa yang digambarkan Stephen, apalagi
Allah SWT. Lebih lanjut dijelaskan sifat orang tertipu tersebut
di atas :
Mereka
itu orang yang ingkar terhadap ayat-ayat Tuhan mereka dan (ingkar
terhadap) perjumpaan dengan Dia, maka
hapuslah amalan-amalan mereka, dan Kami
tidak mengadakan suatu penilaian bagi (amalan) mereka
pada hari kiamat.h
ARTI AQIDAH
Cara hidup seseorang, tingkah laku, keinginan
dan cita-cita, lahir dari hati
yang memiliki keyakinan
atas nilai-nilai tertentu. Keyakinan ini disebut eaqidah, berasal dari kata eaqada yang berarti simpul atau ikatan.
eAqidah
adalah faktor terpenting dalam hidup manusia. Karena eaqidahlah yang menjadi ekompasf penunjuk arah hidup
seseorang.
Seseorang
yang memiliki keyakinan bahwa harta dunia
sumber segala kebahagiaan akan memiliki pola pikir
berorientasi harta, dan bercita-cita meraihnya sebanyak-banyaknya. Wanita yang percaya kecantikan rupa dan jasmani adalah
gerbang kebahagiaan, akan mengisi hari-harinya dengan orientasi dapat semakin cantik.
Seseorang
yang yakin ketinggian pengetahuan, mendapat berbagai gelar di bidang iptek
adalah puncak kebahagiaan, akan membaktikan hidup dalam mencari kepuasan ilmu dan berorientasi
mendapat gelar. Tak jarang orang
seperti ini bila gagal, mati
lebih baik baginya daripada hidup.
Menurut
sumbernya, eaqidah dapat dibagi dalam
dua : aqidah ardhi (bumi), yaitu aqidah buatan
manusia dan aqidah samawi (langit) yang sumbernya dari Allah SWT.
AQIDAH ARDHI
Komunisme,
marxisme, atheisme, agnotisme, paganisme, adalah contoh aqidah
ardhi. Komunisme tak berbeda banyak
dengan marxisme. Komunisme adalah nenek moyang marxisme.Sama-sama
me-fnuhan-kan kepentingan bersama (komunal) di atas segala
kepentingan.
Kepentingan dan hak pribadi harus
mengalah demi kepentingan bersama.
Atheisme
adalah paham tak mengakui adanya
Tuhan, sedangkan agnotisme mengakui tapi tak mau
menyembah-Nya.
Paganisme
adalah penyembahan terhadap benda-benda mati. Bila kita
menilik dari segi bahasa, benda
ada dua macam,
yang nyata dan yang tak nyata. Dengan
demikian, sebenarnya seseorang yang menjadikan benda-benda abstrak (misalnya kecantikan, kedudukan, gelar) sebagai tujuan hidup, tak berbeda
dengan mereka yang menyembah patung. Sama-sama diperhambakan oleh benda mati.
Aqidah ardhi dewasa ini
Kita melihat berbagai kepincangan telah dialami isme-isme tersebut sekarang ini. Bermuara pada
tidak seimbang dan tak sesuainya
ideologi tersebut dengan fitrah manusia
yang sebenarnya manusia sendiri tak begitu
memahami apa yang terbaik bagi diri
mereka (hanya Pencipta manusia yang paling tahu).
AQIDAH SAMAWI
Lantas
bagaimana dengan penganut aqidah samawi yakni umat
Islam ? Realita menunjukkan,
umat Islam pun tidak jauh berbeda dengan
penganut aqidah ardhi: kurang disiplin,
etos kerja rendah yang akhirnya melahirkan kelemahan dan ketertinggalan di berbagai bidang.
Kejahatan pun bukan berita sepi di
negara-negara mayoritas muslim.
Apakah
ini pertanda Islam pun tak sesuai dengan
fitrah manusia dan masih patut
dipertanyakan kesahihannya
?
Bila
kita mau adil, semestinya kita menyandarkan Islam pada umat yang benar-benar konsekwen terhadap Islam yang dianutnya. Umat yang menjadikan Islam sebagai nafas, aliran darah dan
tujuan keringat mereka menetes.
Mereka yang pantas disandari label Islam adalah menjadi sampel Islam generasi sahabat. Tak ada
satu pun sisi kehidupan yang mereka lalui melainkan selalu dikontrol oleh nilai-nilai Islam yang mereka yakini. Kita
angkat saja salah satu kisahnya,
yakni kisah perluasan masjid yang ingin dibuat Khalifah
Umar r.a. Bila masjid itu
akan diluaskan, maka ada sepetak
tanah seorang muslim akan terambil.
Muslim tersebut protes tak rela tanahnya
dijadikan masjid. Akhirnya Umar memilih
mengutamakan hak muslim tersebut dan membatalkan perluasan masjid.
Umar,
walaupun seorang presiden ketika itu dan demi
kepentingan umat, tetap menghormati hak satu orang
muslim. Presiden tunduk pada hukum.
Keadilan nyata terjamin dalam generasi yang beraqidah Islam ini.
Demikian
makmurnya generasi sahabat ini, hingga
diriwayatkan bahwa pada saat pemerintahan
Umar bin Khaththab ra., salah seorang
jaksanya minta berhenti karena tidak ada tindak
kriminalitas yang harus ditanganinya.
Tidak
ada generasi lain dalam sejarah setara
dengan generasi sahabat ini. Islam yang mendarah daging, menjadi aqidah mereka, benar-benar terbukti mengantar-kan mereka pada hidup
yang sukses.
TUJUAN HIDUP JADI
JELAS
gBetapa
berbedanya kehidupan kita jika apa
yang penting secara mendalam bagi kita,
dan dengan gambaran tersebut dalam benak, kita
mengelola diri kita sendiri setiap
hari untuk menjadi dan untuk
mengerjakan apa yang benar-benar paling penting.h
(Stephen R. Covey, 7 Habits of Highly Effective People).
Bila
aqidah, keyakinan terhadap Islam
telah mantap, maka semestinya tak ada waktu yang terlewatkan tanpa persiapan hari yang kita yakini, yakni
hari penghisaban. Bila kita benar-benar
yakin akan surga dan neraka,
maka semestinya tak ada lagi
ketakutan berkorban demimendapat anugrah surga-Nya dan terpelihara
dari neraka-Nya. Tak ada lagi
ketakutan menjadi miskin karena berinfak,
tak ada lagi
rasa malas untuk beribadah dan berjihad di
jalan-Nya, dan tak ada lagi
keberanian bermaksiat karena ada malaikat
yang selau mencatat setiap kata dan
perbuatan kita, bahkan seluruh anggota badan pun akan menjadi saksi
atas diri kita.
Demikianlah sikap
para sahabat, yang membuktikan kebenaran keyakinan mereka. Mereka sama sekali
tak ragu-ragu menyambut seruan Allah dan Rasul-Nya, dan sangat hati-hati
agar tak terjatuh dalam larangan-Nya.
Sebut
saja kisah sahabat Tsabit bin Dahdah ra. Ketika
turun firman Allah SWT, gSiapakah yang mau meminjamkan kepada Allah pinjaman yang baik, maka Allah akan melipatgandakan (pembayaran) pinjaman itu untuknya,
dan dia akan
memperoleh pahala yang banyak.h (Al-Hadid : 11).
Dia
bergegas mendatangi Rasulullah SAW dan bertanya, gYa Rasulullah,
apakah Allah ingin meminjam dari hamba-Nya
?h
gBenar,hjawab
Rasulullah.
gUlurkan
tangan Anda ya Rasulullah. Aku menjadikan Anda saksi bahwa
kupinjamkan kebunku kepada Allah.h
Tsabit
sangat gembira dengan keputusannya itu. Dia pulang
dan melewati bekas kebunnya. Dilihatnya istri dan anak-anaknya sedang bersantai di bawah pepohonan
yang sarat dengan buah. Dari pintu kebun, ia berteriak,
gHai
Ummu Dahdah ! Cepat keluar dari
kebun ini ! Aku sudah meminjamkan
kebun ini kepada Allah !h
Istrinya
menyambut dengan suka cita, gEngkau
tidak merugi, suamiku, engaku beruntung, sungguh beruntung !h Segera dikeluarkannya kurma yang masih berada di
mulut anaknya seraya berkata, gAyahmu sudah meminjamkan
kebun ini kepada Allah.h
Diriwayatkan
dari Ibnu Masfud bahwa Rasulullah
SAW bersabda : gBerapa banyak kulihat pohon sarat buah
yang kulihat di surga atas nama
Abu Dahdah.h
Keyakinan
Abu Dahdah akan kebenaran janji Allah menjadikannya tahu tujuan hidupnya.
Abu Dahdah mengetahui apa yang terpenting baginya dan mengelola
dirinya untuk mengerjakan yang benar-benar penting.
Mari kita renungi kata-kata
non-muslim di atas yang senada firman Allah SWT 14 abad yang lalu, agar terhindar kita dari penyesalan di hari yang ketika
itu penyesalan tak lagi berguna.Nafudzubillah.
red
Sumber :
- Kebiasaan Manusia
yang Sangat Efektif,
Stephen R. Covey.
-Sosok Para Sahabat Nabi, DR. Abdurrahman Raffat Al-Basya.
- Kuliah Aqidah
Islam, DRS. Yunahar Ilyas, Lc.