Deklarasi - Tidak - dari Si Upik

Tgl: 11/06/2002 10:44 WIB

 

 

 

Tiba-tiba Anda merasa si Upik sering membantah? Tak usah jengkel atau was-was. Karena sebenarnya ia sedang membuktikan jatidirinya

bangsaku.com -

 Adit ayo makan,
teriak Ami pada puteranya yang berusia 3 tahun.
 ngga mau, entar aja ma,
jawab Adit. Ami memanggil sekali lagi, namun jawaban anak sulungnya tetap sama. Sesaat kemudian, Ami menghampiri Adit dan menarik tangannya, menyuruh Adit masuk ke rumah. Tangis Adit pecah.
 ngga mau, Adit ngga mau makan,
teriaknya dalam tangis.
Pernahkan Anda merasa sangat kesal karena anak balita Anda selalu membantah atau mengatakan

tidak
setiap kali disuruh? Kalau Anda mengalami ini, sebenarnya tak perlu cemas. Karena kata
tidak
atau sikap anak balita yang kerap menolak perintah adalah perilaku wajar dan dialami oleh setiap balita.
Meski kata

tidak
bukan kata pertama yang bisa diucapkan buah hati anda, tapi kata
tidak
selalu menjadi kata favorit balita. Perilaku ini sebenarnya merupakan ciri dari proses perkembangan yang dialami anak. Ada beberapa hal yang mendorong anak mulai senang mengatakan
tidak
.
Pertama, hal itu karena ia lebih sering mendengar kata tidak dari anda atau orang-orang disekitarnya. Anak adalah makhluk unik yang sangat cepat merekam dan meniru keadaan di sekelilingnya. Ingatlah, jika anda begitu sering melarangnya dengan perkataan tidak, jangan, atau sejenisnya, maka kata itu akan menjadi memori terbanyak dalam dirinya dan paling mudah ditirunya. Jadi jangan heran kalau ia paling mudah memberi respon dengan mengatakan kata-kata itu.
Kedua, mengatakan tidak merupakan cara anak membuktikan dirinya berbeda dari orangtuanya. Anak usia 2-3 tahun memang sedang berproses mengembangkan kemandiriannya. Dengan berkata tidak secara terus-menerus dan berulang-ulang, menurut Eisenberg, Murkoff & Hathaway dalam buku What to Expect The Toddler Years, akan memunculkan kesadarannya bahwa ia sekarang menjadi pribadi yang terpisah dari ayah-ibu.
Ketiga, kata tidak menjadi deklarasi anak untuk menunjukkan kemandiriannya, dengan mengetes otoritas Anda dan otonominya. Ia akan berkata tidak pada perintah, larangan, batasan atau terhadap apapun yang Anda berikan. Yang menggelikan, kadang-kadang ia pun berkata tidak pada keinginan-keinginannya sendiri. Seolah-olah kata tidak meluncur secara otomatis dari mulutnya.

Apa yang seharusnya Anda lakukan?
Anda tak usah cemas menghadapinya. Menurut para psikolog, respon negatif atau sikap menolak si kecil, bukan merupakan refleksi Anda sebagai orangtua maupun anak sebagai pribadi. Usaha anak menentang otoritas Anda, seratus persen sehat dan normal. Lebih dari itu, dari perkembangan ini, Anda dapat mengetahui perkembangan inteligensi anak. Sebab, seperti dikatakan psikolog Retno Pudjiati Azhar, respon negatif yang ditunjukkan anak berkorelasi dengan perkembangan inteligensinya. Dengan ia menolak, Anda menjadi tahu bahwa kemampuan analisanya mulai berkembang. "Malahan bila anak Anda tidak pernah membangkang, selalu patuh, menurut dan kalem, kita harus curiga, ada apa ini?" kata staf pengajar di Fakultas Psikologi UI itu.
Tapi tak berarti Anda boleh mengabaikan respon negatifnya. Anak harus belajar mengendalikan diri agar ia dapat bersosialisasi dengan baik. Pada masa ini orangtua wajib mulai menanamkan nilai-nilai moral. Sebab, salah satu aspek pokok yang harus dikembangkan anak usia ini ialah perkembangan moral. Tentunya di usia ini nilai-nilai moral yang ditanamkan pada anak masih terbatas pada pengenalan baik dan buruk. Dengan Anda berkata tidak, anak jadi tahu apa yang boleh dan tak boleh dilakukannya. Tapi, kata Retno, "Jangan keseringan mengatakan 'tidak' karena dapat berdampak buruk terhadap tumbuh-kembang anak." Antara lain, si kecil jadi tak percaya diri, ragu-ragu, selalu akan minta dukungan orang lain untuk melakukan sesuatu.
Jadi? Untuk mencegah ini sebaiknya Anda mengurangi perkataan tidak dengan memberikan beberapa alternatif dalam perintah yang Anda inginkan. Anda bisa membuat rumah

seaman
mungkin untuk mengurangi keluarnya kata tidak dari bibir anda.
Bagaimana jika Anda sudah bilang tidak tapi si kecil cuek? Tetaplah untuk tak hilang kesabaran. Sebab, kemarahan Anda pada keteguhan hatinya hanya akan memperbesar kemarahannya atas "campur tangan" Anda. Lebih bijaksana jika Anda tetap tenang sembari mencari alternatif. Misal, jika anak ngotot mau naik ke atas meja dan berusaha naik meski sudah dilarang. Nah, daripada memarahinya, lebih baik Anda mengangkat si kecil walau mungkin ia meronta sambil menjerit-jerit sebagai tanda protes. Bila ia sudah tenang, jelaskan mengapa Anda tadi mengangkatnya. Anda bisa berkata, "Kalau kamu berdiri di atas meja, bisa jatuh. Sakit, rasanya."
Sikap membangkang dan tidak mau disamakan dengan orang lain ini memang sangat berkembang disaat anak anda berusia 2-5 tahun. Fase ini akan kembali muncul saat anak menginjak masa remaja, namun dengan cara berbeda. Sikap bijaksana Anda dalam menangani ini akan memberikan kesan baik dalam hidupnya. Memang tak ada sekolah untuk menjadi orangtua yang benar, tapi pengalaman Anda sebagai anak adalah guru terbaik dalam mendidik anak. (Anggraini Lubis)