Tiba-tiba Anda merasa si Upik
sering membantah? Tak usah jengkel
atau was-was. Karena sebenarnya ia sedang membuktikan jatidirinya
bangsaku.com -
Adit ayo makan,
teriak Ami pada
puteranya yang berusia
3 tahun.
ngga
mau, entar aja ma,
jawab Adit.
Ami memanggil sekali lagi, namun jawaban anak sulungnya tetap sama. Sesaat kemudian, Ami menghampiri Adit dan menarik
tangannya, menyuruh Adit masuk ke rumah. Tangis
Adit pecah.
ngga
mau, Adit ngga mau makan,
teriaknya dalam
tangis.
Pernahkan Anda merasa sangat kesal karena anak balita Anda selalu membantah atau mengatakan
tidak
setiap kali disuruh?
Kalau Anda mengalami ini, sebenarnya tak perlu cemas. Karena kata
tidak
atau sikap
anak balita yang kerap menolak perintah adalah perilaku wajar dan dialami oleh setiap balita.
Meski kata
tidak
bukan kata
pertama yang bisa diucapkan buah hati anda, tapi kata
tidak
selalu menjadi
kata favorit balita. Perilaku ini sebenarnya merupakan ciri dari proses perkembangan yang dialami anak. Ada beberapa
hal yang mendorong anak mulai senang mengatakan
tidak
.
Pertama, hal itu karena ia lebih sering
mendengar kata tidak dari anda atau orang-orang
disekitarnya. Anak adalah makhluk unik yang sangat cepat merekam dan meniru keadaan di sekelilingnya. Ingatlah, jika anda begitu
sering melarangnya dengan perkataan tidak, jangan, atau sejenisnya, maka kata itu
akan menjadi memori terbanyak dalam dirinya dan paling mudah ditirunya. Jadi jangan heran kalau ia paling mudah memberi respon dengan mengatakan kata-kata itu.
Kedua, mengatakan tidak merupakan cara anak membuktikan
dirinya berbeda dari orangtuanya. Anak usia 2-3 tahun memang sedang berproses mengembangkan kemandiriannya.
Dengan berkata tidak secara terus-menerus dan berulang-ulang, menurut
Eisenberg, Murkoff & Hathaway dalam buku What to Expect The
Toddler Years, akan memunculkan
kesadarannya bahwa ia sekarang menjadi pribadi yang terpisah dari ayah-ibu.
Ketiga, kata tidak menjadi deklarasi anak untuk menunjukkan kemandiriannya, dengan mengetes otoritas Anda dan otonominya.
Ia akan berkata tidak pada perintah, larangan, batasan atau terhadap apapun yang Anda berikan. Yang menggelikan, kadang-kadang ia pun berkata tidak pada keinginan-keinginannya sendiri. Seolah-olah kata tidak meluncur secara otomatis dari mulutnya.
Apa yang seharusnya Anda lakukan?
Anda tak usah cemas menghadapinya. Menurut para psikolog, respon negatif atau sikap menolak si kecil, bukan merupakan refleksi Anda sebagai orangtua maupun anak sebagai pribadi. Usaha anak menentang otoritas Anda, seratus persen sehat dan normal. Lebih dari itu, dari perkembangan
ini, Anda dapat mengetahui perkembangan inteligensi anak. Sebab, seperti dikatakan psikolog Retno Pudjiati Azhar, respon negatif yang ditunjukkan anak berkorelasi dengan perkembangan inteligensinya. Dengan ia menolak,
Anda menjadi tahu bahwa kemampuan analisanya mulai berkembang. "Malahan bila anak Anda tidak
pernah membangkang, selalu patuh, menurut dan kalem, kita harus curiga, ada apa ini?"
kata staf pengajar di Fakultas Psikologi UI itu.
Tapi tak berarti Anda boleh mengabaikan respon negatifnya. Anak harus belajar mengendalikan diri agar ia dapat bersosialisasi dengan baik. Pada masa ini
orangtua wajib mulai menanamkan nilai-nilai moral. Sebab, salah satu aspek pokok yang harus dikembangkan anak usia ini
ialah perkembangan
moral. Tentunya di usia ini nilai-nilai
moral yang ditanamkan pada
anak masih terbatas pada pengenalan baik dan buruk. Dengan Anda berkata tidak, anak jadi tahu
apa yang boleh dan tak boleh
dilakukannya. Tapi, kata Retno, "Jangan keseringan mengatakan 'tidak' karena dapat berdampak buruk terhadap tumbuh-kembang anak." Antara lain, si kecil jadi
tak percaya diri, ragu-ragu, selalu akan minta dukungan orang lain untuk melakukan sesuatu.
Jadi? Untuk mencegah ini sebaiknya Anda mengurangi perkataan tidak dengan memberikan beberapa alternatif dalam perintah yang Anda inginkan. Anda bisa membuat rumah
seaman
mungkin untuk
mengurangi keluarnya kata tidak dari bibir anda.
Bagaimana jika Anda sudah bilang tidak tapi si kecil
cuek? Tetaplah untuk tak hilang
kesabaran. Sebab, kemarahan Anda pada keteguhan hatinya hanya akan memperbesar kemarahannya atas "campur tangan" Anda. Lebih bijaksana jika Anda tetap tenang sembari mencari alternatif. Misal, jika anak ngotot mau naik ke
atas meja dan berusaha naik meski sudah dilarang. Nah, daripada memarahinya, lebih baik Anda mengangkat si kecil walau
mungkin ia meronta sambil menjerit-jerit sebagai tanda protes. Bila ia sudah
tenang, jelaskan mengapa Anda tadi mengangkatnya. Anda bisa berkata,
"Kalau kamu berdiri di atas meja, bisa jatuh. Sakit, rasanya."
Sikap membangkang dan tidak mau
disamakan dengan orang lain ini
memang sangat berkembang disaat anak anda berusia
2-5 tahun. Fase ini akan kembali
muncul saat anak menginjak masa remaja, namun dengan cara berbeda. Sikap bijaksana Anda dalam menangani ini akan memberikan kesan baik dalam hidupnya. Memang tak ada sekolah untuk menjadi orangtua yang benar, tapi pengalaman Anda sebagai anak adalah guru terbaik dalam mendidik anak. (Anggraini Lubis)
|